Wednesday, December 24, 2008

What I Feel After Read That Message

Hmmm... Mau cerita dulu tentang proses aku menemukan tulisan ini. Aku sedang mencari tahu bagaimana sikap seorang salafiyyun ketika sedang sedih. Aku carilah di HP-ku di google dengan keywords “sedih salaf”. Eh, ketemu deh sama situs darussalaf.or.id, dan aku menemukan tulisan ini di dalamnya.

Aku seneng banget nemu tulisan ini karena ternyata ada yang pikirannya sama denganku. Aku merasa dibela (hehehe...) karena selama ini aku dianggap aneh dengan prinsip semacam itu. Aku senang...

Aku paling suka kata-kata ini,

Kesimpulan ini bukanlah suatu hal yang aneh, karena seorang wanita yang berani untuk berkenalan dengan lelaki dan bercanda dengannya lewat telepon serta berjalan-jalan dengannya sekehendak hati adalah “wanita murahan”... Bukan hanya di mata orang beragama saja, bahkan di mata para pemuda nakal sendiri... Kalau Anda bertanya kepada kebanyakan pemuda tersebut, Anda akan mendapatkan jawaban yang sama: “Siapa yang dapat menjamin kalau dia tidak akan berkenalan dengan lelaki lain setelah aku menikahinya?”.

Aku seneng karena bukan aku yang ngomong, tapi tepat banget kata-katanya seperti yang aku inginkan. Aku bukan mau menyudutkan kaumku sendiri, tapi kenyataannya, aku pun melihat telepon, SMS, Internet, kadang jadi alat untuk melakukan hal semacam itu.

Aku juga seneng karena tulisan ini nggak menyudutkan kaumku, karena para laki-laki pun semestinya menggunakan satu takaran, bukan dua takaran. Yang aku pahami mungkin maksudnya adalah standar ganda. Dia menganggap wanita yang ngobrol atau jalan-jalan dengan lelaki ajnabi (asing) sebagai wanita murahan, tapi dirinya sendiri nggak dianggap laki-laki murahan dan menginginkan wanita yang tidak seperti itu kalo mau menikah nantinya. Tapi aku yakin, seorang gadis yang terjaga akan Allah jodohkan dengan jejaka yang terjaga pula... Kalo laki-laki itu tukang kenalan, tukang becanda dengan wanita asing, bukankah pantasnya mendapatkan yang seperti itu juga?!

Yah, sekian sajalah tulisanku yang penuh semangat ini. Semoga aku termasuk kelompok wanita yang terjaga terus dan nggak termasuk kelompok wanita murahan, sehingga aku dipinang seorang yang juga terus terjaga dan tidak murahan... ^o^

Wanita-wanita yang Tidak Pantas untuk Dinikahi

Ditulis pada Oktober 23, 2007 oleh darussalaf.or.id


“Kami bercanda ria dengan gadis-gadis dan merajut tali cinta dengan mereka, akan tetapi ketika kami hendak menikah, sama sekali kami tidak berfikir tentang gadis yang sudah menerjang pagar etika dan berkenalan dengan seorang pemuda yang asing darinya tanpa mengenal rasa malu atau risih... Mungkin Anda merasa keheranan dengan kata-kata ini, akan tetapi kami memandang hubungan kami dengan sebagian gadis sebagai hiburan semata... Dan kalau kami menikah, maka dengan pandangan yang serius dan penuh kehati-hatian...”

Ini adalah kata-kata kebanyakan pemuda nakal, mereka berkenalan dengan para gadis dan mengikat hubungan yang diharamkan dengan mereka, akan tetapi mereka tidak pernah berfikir untuk menjadikan mereka sebagai istri... bahkan mereka menganggap gadis-gadis tersebut tidak pantas untuk itu...

H. M. L. Berkata: “Aku tidak pernah memaksa seorangpun dari mereka untuk berbicara dan menjalin hubungan denganku. Dan sungguh aku tidak akan membiarkan saudari-saudariku melakukan hal ini, karena mereka bukanlah termasuk jenis ini (wanita murahan) yang aku kenal dengan baik... karena mereka yang suka becanda dengan para pemuda melalui telepon hanyalah gadis murahan yang ada di jalanan... Seandainya mereka memiliki keluarga laki-laki, niscaya mereka akan menjadi bendungan yang kokoh dari terjerumusnya mereka ke dalam jurang yang berbahaya ini”, selesai.

S. D. –dia adalah pemmuda yang baru berusia 21 tahun– berkata: “Aku sampai beberapa waktu lalu masih suka bercanda dengan sebagian gadis-gadis lewat telepon, akan tetapi sekarang aku tidak mau melakukannya lagi. Hal ini dikarenakan seorang pemuda pada masa-masa dini dari umurnya seperti ini, jiwanya sangat labil, kepribadiannya lemah. Oleh karena itu sangat mudah untuk terpengaruh atau meniru temannya, dan hal inilah yang aku alami. Ketika aku mendapatkan seluruh temanku bercanda dengan para gadis melalui telepon dan mereka memiliki pacar, akupun tergelincir di saat berusaha untuk meniru mereka!! Terus terang, gadis-gadis yang suka bercanda dengan laki-laki lewat telepon akhlaknya sangat rendah, walaupun aku menganggap hal ini adalah hal yang biasa, akan tetapi aku tidak rela bila saudari-saudariku melakukannya. Karena gaya hidup ini tidaklah ditempuh kecuali oleh wanita-wanita jalang”, selesai.

Kesimpulan ini bukanlah suatu hal yang aneh, karena seorang wanita yang berani untuk berkenalan dengan lelaki dan bercanda dengannya lewat telepon serta berjalan-jalan dengannya sekehendak hati adalah “wanita murahan”... Bukan hanya di mata orang beragama saja, bahkan di mata para pemuda nakal sendiri... Kalau Anda bertanya kepada kebanyakan pemuda tersebut, Anda akan mendapatkan jawaban yang sama: “Siapa yang dapat menjamin kalau dia tidak akan berkenalan dengan lelaki lain setelah aku menikahinya?”.

Kita senang mendengar semangat para pemuda seperti ini, akan tetapi sangat disayangkan mereka hanya berfikir untuk diri sendiri dan tidak mau memikirkan saudara mereka sesama muslim. Padahal Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya):

“Sesungguhnya apabila engkau mencari-cari aib orang lain, maka engkau telah atau hampir merusak mereka” (HR. Abu Dawud. Lihat Shahih Jaami’ush Shoghir no. 2295).

Kita berharap dari mereka agar mau menakar dengan satu takaran bukan dengan dua takaran.

Kemudian masih ada akibat yang pasti didapatkan yang terlalaikan oleh gadis penyeleweng ini, akan tetapi tidak lama lagi dia akan melihatnya sebagai kenyataan... Kenyataan ini diutarakan oleh para pemuda, yaitu mereka tidak pernah berfikiran untuk menjadikan gadis-gadis jenis ini sebagai istri, bahkan sekedar terminal untuk hiburan.

Kalaupun sempat ada seorang pemuda melamun berfikir untuk menikah dengan gadis yang terjalin dengannya “tali...” niscaya pihak-pihak lain akan campur tangan dan melarangnya untuk menikah dengan gadis ini. Mereka adalah keluarganya, apabila mereka adalah keluarga yang memiliki pamor yang baik...

Seorang gadis bernama F. B. Berkata, “...aku tidak merasa kalau aku telah ketagihan untuk bercanda lewat telepon, padahal aku betul-betul yakin kalau hubungan antara seorang gadis dan lelaki dengan cara seperti ini adalah sebuah kesalahan. Hubunganku dengan salah seorang pemuda berlanjut sehingga bersemilah benih cinta, akan tetapi keluarganya melarangnya untuk melamarku, kemudian berakhirlah kisahku dengannya...” selesai.

Apabila gadis ini telah mengetahui hasil yang pasti dia dapatkan, lali kepana dia tidak berhenti semenjak awal dan menutup pintunya dari terpaan badai fitnah yang menyambar-nyambar!?

Ini adalah pengakuan dari para pemuda yang telah mencoba untuk meniti jalan yang penuh dengan pengkhianatan, janji palsu, serta kata-kata kotor. Dan pengakuan dari para gadis yang pernah mencoba jalan yang sama, mereka semua mengakui akan bahayanya jalan yang mereka lalui, serta hasil negatif yang sudah menanti mereka.

Ini sangat jelas sebagai pertanda terbaliknya pandangan para pemuda terhadap para gadis serta sikap mereka yang menganggap gadis-gadis tersebut bersifat sangat jelek dan rendah. Sedang mereka tidak rela kalau saudari-saudari mereka seperti gadis-gadis tersebut. Ini adalah bukti bahwa mereka menganggap gadis-gadis tersebut sebagai perempuan murahan, tidak punya kehormatan dan rasa malu, serta rusak moral mereka...

Dan ini juga adalah gambaran seorang gadis yang terbalik, gadis yang hanyut dalam pacaran, padahal dia menyadari kalau dia hanya sebagai alat hiburan (pengisi kekosongan) dalam kehidupan pemuda tersebut... Dia tidak naik martabatnya menjadi seorang istri... Dimana letak sikap jujur terhadap diri sendiri dan kemandirian sikap?!

Bertaqwalah kepada Allah karena taqwa kepada Allah tidaklah masuk di hati seseorang kecuali dia akan berhasil. Bukanlah pahlawan orang yang berhasil memotong jalan. Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Allah dialah pahlawan.

Sumber: Dlohiyah Mu’aakasah

http://abdurrahman.wordpress.com/2007/10/15/wanita-wanita-yang-tidak-pantas-untuk-dinikahi?#more-419

http://darussalaf.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=931

Sunday, December 21, 2008

It's Too High Self Esteem

I’ve ever been blamed for the words I never said.

I’ve ever been punished for the mistake I never did.

Sometimes I want to show people how wrong they are.

But then I think I don’t need to do it.

Maybe that is the way from Allah to let me see

Rather than doing a denial

I’m not a kind of person who will try anything to make people trust me.

If they know who I am, they will know how much I mean what I said.

I think they will regret have misjudged me… ^-^

Wednesday, December 17, 2008

Aku dan Recehan

Kadang aku kecewa dengan orang yang menilai diriku tanpa bertanya apa yang ada di kepalaku. Seperti ketika seorang protes karena aku menagih uang 500 rupiah yang dipinjam temanku, atau bahkan lebih kecil dari itu.

Yang aku hargai saat itu bukanlah uang, akan tetapi akad. Jika di awal akadnya adalah pinjam, maka kewajibanku untuk menagih. Jika aku tidak menagih justru aku zhalim. Aku tidak melihat apakah itu seribu, lima ribu, sepuluh ribu... Jika akadnya pinjam maka aku harus menagih. Itu yang aku pahami. Tapi ya tentu jika uang itu tidak berbentuk (dibawah seratus rupiah), aku juga nggak pengen menyulitkan temenku.

Sebaliknya, kalo aku pinjam 100 rupiah, dan aku berkata pinjam, maka aku ganti (walau kebanyakan nggak mau nerima...) karena itulah janjiku.

Belum lagi ketika salah seorang teman (teman? Koq kayak gitu?) menegur aku karena aku dianggap pelit gara-gara nggak ngisi uang sumbangan DKM di kampusku atau kegiatan dakwah harokiyyun di kampusku. Masya Allah, bukankah ada manusia yang masuk neraka karena seekor lalat yang dipersembahkannya untuk selain Allah?!

Belum lagi ketika aku terpaksa makan di mall waktu SMA (karena dalam perjalanan) dengan kawanku. Biasa lah, ada PPN. Saat itu salah seorang teman berkata, pajaknya dibagi empat ya (kalo nggak salah empat orang) sama rata. Lalu aku bilang, “Bukan gitu caranya, masing-masing membayar 10% pajak dari yang dia makan...” Buatku bukan masalah uangnya, tapi perhitungan semacam itu salah.

Mungkin aku orang aneh yang mau sibuk dengan recehan-recehan itu. Tapi, receh atau apapun, ketika menyangkut hak orang lain, walaupun mungkin itu sesuatu yang teramat kecil, kewajiban sesama Muslim untuk menjaga dirinya dari memakan harta orang lain tanpa alasan yang benar. Jika recehan itu memang kecil untuk beberapa orang, bukankah lebih baik recehan itu diberikan pada mereka yang lebih bisa menghargai recehan itu?

Kisah Perjalanan Pulang

Hari ini, ketika aku melewati jalan ke rumahku, aku merenung...

Entah berapa lama lagi aku berjalan di jalan menuju rumahku...

Entah berapa lama lagi aku pulang dan menyapa adikku, orang tuaku, kakakku...

Jadi sedih...

Apakah ketika menikah nanti aku harus kehilangan semua ini?

Seberapa seringkah nanti aku bisa menemui keadaan seperti ini?

Masya Allah...

Ketika aku membayangkan diriku pergi dari rumah yang kutinggali sedari aku kecil, entah semangat menikah itu luntur seketika. Apalagi setelah membaca majalah tentang suami perfeksionis. Waduh... Tambah kacau pikiranku...

Tapi...

Aku yakin, hati ini akan menemukan tempat barunya nanti. Karena dengan menikah aku tidak memutus silaturahim, namun menambah kerabat mereka juga. Karena dengan menikah lengkap separuh agamaku. Was-wasku ini entah bagaimana menghilangkannya. Yang jelas, aku harus yakin bahwa hidupku telah ditentukan oleh Allah dengan sempurna. Aku hanya berharap proses yang akan kujalani baik, dan akan berakhir baik pula...

Ittaqullah! Ittaqullah! Ittaqullah! Ittaqullah!

Sunday, December 07, 2008

Stop Mengeluh!

Dinukil dari Madarijus Salikin,

“Jika engkau tertimpa musibah maka bersabarlah terhadapnya, sebagaimana kesabaran yang diperintahkan oleh Dzat Yang Maha Mulia, Yang lebih tahu terhadap dirimu...

Jika engkau mengeluh kepada anak Adam, sesungguhnya engkau mengeluhkan Ar-Rahim (pemberi rahmat yakni Allah) kepada orang yang tidak memberi rahmat.”

(Disalin dari buku Nasehatku untuk Kaum Wanita, Ummu Abdillah Al-Qadi’iyyah)

Beda loh, antara mengeluh pada Allah dan mengeluhkan Allah. Mengeluhkan Allah tu ya seperti itu, nggak terima atas ketentuan Allah yang menimpa kita, pada hal besar ataupun kecil.

Emang terkadang lisan secara reflek mengeluh. Kadang ketika tertimpa sakit, tertimpa musibah, ketika cuaca panas, dan sebagainya. Sakit sedikit (atau banyak), langsung berkata, “Aduh... Sakit...”. Tertimpa musibah, langsung berkata, “Sial!” atau bahkan cacian lain. Padahal Allah yang Menciptakan segala keadaan. Trus ketika hujan atau panas, kadang lisan berkata, “Aduh, panas banget sih...”, “Aduh, kok hujan sih?”

Masya Allah...

Memang sulit menjaga lisan, tapi bukan berarti tidak bisa. Jangan sampai lisan kita kotor oleh keluhan. Banyak cara yang bisa dilakukan supaya nggak mengeluh.

Ketika sakit, carilah sesuatu yang bisa disyukuri sehingga diri akan malu untuk mengeluh. Sekali lagi, ini memang sulit, tapi bisa dilakukan. Just take your medicine, doing something to relieve the pain, karena mengeluh nggak akan mengurangi rasa sakit.

Pengalamanku, aku lebih sering kasihan sama orang yang kuat, tegar, nggak mengeluh, dibandingkan dengan orang yang sakit sedikit ngeluhnya lebay...

Ketika tertimpa musibah, ucapkanlah “Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun...” It’s so much easier than complaining.

Ketika udara panas, ya udah sih... Masih bisa jalan kan? Masih bisa nafas kan? Ketika hujan, masya Allah... Hujan kan rahmat dari Allah... Koq dikeluhkan sih...

Ayo kita belajar bersabar dan saling mengingatkan dalam kesabaran...

Bersabar atas Celaan

Disebutkan dalam Sunan Abu Dawud dari hadits Jabir bin Sulaim bahwa Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

“Jika seseorang mencela dan mencercamu dengan suatu kejelekan yang diketahuinya pada dirimu, maka janganlah engkau balas mencelanya dengan suatu kejelekan yang engkau ketahui pada dirinya. Karena sesungguhnya dosa atas hal itu dibebankan kepada dirinya.”

(Disalin dari buku Nasehatku untuk Kaum Wanita, Ummu Abdillah Al-Qadi’iyyah)

Monday, October 20, 2008

Visit My New Blog

irmarch.wordpress.com

Sunday, October 12, 2008

Blog Baru

Aku kini mendua... hahaha...
Setelah punya dua nomor hape, dua (lebih deh0 account e-mail aktif, sekarang aku punya dua blog...

Yes, two blogs...

Entah akan beda atau sama saja...

^-^

alamatnya:
irmarch.wordpress.com

Patah Hati, Sakit Hati, Hancur Hati

Allahu Akbar...

Tidak pernah ana merasakan hati sesakit ini, sepedih ini...

Jika bukan karena Allah, ana sudah terkapar...

Terkubur dalam duka...

Untuk mereka yang masih ada...

Ya Allah, Engkau Maha Tahu cintaku pada mereka adalah cinta seorang sahabat yang ingin kebaikan yang sama seperti yang Engkau berikan untukku.

Ya Allah, betapa kejadian ini membuatku melihat bahkan kematian menjadi sesuatu yang lebih ringan darinya...

Sungguh Engkau mengetahui maksud di balik semua ini...

Sungguh Engkau yang memberi hidayah pada siapa yang Engkau kehendaki...

Sungguh Engkau pula yang mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki...

Maaf jika aku menulis...

Hah, ana aku, siapapun aku sebut diri ini...

Ya Allah, aku titipkan mereka pada-Mu...

Kembalikan mereka pada jalan yang lurus...

Balikan hati mereka pada hati yang dapat menerima kebenaran...

Thursday, August 21, 2008

Pelajaran Nasehat

Ternyata, menerima nasehat juga perlu belajar dan penuh pembelajaran ya...

Pertama, belajar menghargai yang ngasih nasehat. Ya, kadang emang sih orang yang ngasih kritik sama ngasih nasehat nggak ada bedanya. Tapi ya lumayan lah ada yang ngingetin, diluar itu bener atau nggak. Walau kadang gondok, eneg, pengen nyangkal, merasa nggak butuh, sebel, kesel, tersinggung, (sudah... sudah...) doain aja semoga si penasehat ikhlas.

Kedua, belajar melihat diri sendiri. Ternyata diri kita itu nggak sempurna lo. Sengaja atau nggak, pernah kita melakukan kesalahan. Nah, ternyata kekurangan yang kita miliki itu jadi ladang pahala buat orang lain.

Ketiga, belajar memilah nasehat. Orang yang nggak pernah dapet nasehat ya gimana belajar untuk milih nasehat mana yang mesti dilakukan mana yang nggak. Nggak semua orang nasehatin sesuai dengan syari’at. Yang nggak sesuai syari’at mah nggak usah diturutin...

Keempat, belajar melihat siapa yang benar-benar teman kita. Seorang teman yang sayang sama kita, dia ingin kita terus memperbaiki diri supaya lebih syar’i. Dan seorang teman ketika tau kekurangan temannya akan memberi saran sesuai syari’at agar kita lebih baik.

Kelima, belajar mengetahui siapa yang peduli dengan keadaan iman kita. Seorang teman sejati akan menyadari bahwa dirinya hanya berteman dengan manusia biasa, seperti dirinya. Kekurangan dalam sisi manusia akan banyak ditemui, tapi dia akan tau sisi yang paling penting untuk diperbaiki, yaitu bagaimana temannya tetap beriman dan bertaqwa, tetap ikhlas dan ittiba’, serta tetap taat kepada Allah.

Keenam, belajar mengetahui siapa saja teman yang merasa dirinya perfect. Orang yang merasa dirinya sempurna biasanya melakukan banyak jurus untuk menyangkal atau menolak nasehat, bahkan sebelum sebuah kata terucap. Mulai dari pura-pura mendengar, sampe langsung ngacir begitu ketemu orang yang pernah nasehatin dirinya. Bahkan, orang yang “feel so perfect”-nya udah akut, biasanya bisa sampe marah jika diingatkan.

Yah, inilah yang aku pikirkan tentang nasehat-menasehati. Sekalian curhat colongan, hehehehehehe...

Not Waiting for Anyone Specifically

I was sad because I never had boyfriend in my past.

But I’m so happy now, because my future husband will also be the first boyfriend for me…

I’m also so happy with no one ever told me that he chases for me or waits for me. So I’m not wasting my energy to wait for someone with so much uncertainty. Then I still have thousands of choice to decide who will be my future husband.

Alhamdulillah…

Rundown for...

Nggak terasa...

Menjelang rundown 1 tahun targetku untuk...

(Buat yang kenal aku Insya Allah tau apa yang aku tunggu... Hehehe)

September 2008 = Ramadhan 1429 H

Ramadhan 1430 H Insya Allah mulainya 21 Agustus 2009

(menurut hijri cal yang ada di komputerku...)

Idul Fitrinya 20 September 2009

KKP udah lewat... Tinggal skripsi...

Walau masih menjalani semester 7...

Haaaaaa...

Rasanya cepet juga...

Doakan aku...

^o^

Pencurian dalam Masjid

Pertama tau ada model pencurian gini...

Aku nggak habis pikir...

Parah banget sih orang yang nyolong di masjid...

Pertama kali aku punya temen yang kecolongan di masjid tuh waktu SMP...

Masih di luar masjid, kayak kehilangan sepatu gitu...

Ternyata SMA,

Temenku yang bendahara di kelasnya juga keilangan uang...

Yang ditaro dalem tas yang ditaro di depan masjid bagian akhwatnya di lantai 2...

Buat yang tau masjid SMANSA tempo doeloe (2003-2006), tau kan dimana?

Kuliah,

Parah...

Orang kehilangan tasnya di dalem masjid...

Bahkan udah ada tempelan

”Hati-hati pencurian di dalam masjid”

Berarti udah berkali-kali ya?

Asli, parah!

Aku inget kata ustadz di tempat aku biasa ngaji...

Penjahat yang paling susah taubat itu pencuri...

Karena itu berhubungan sama hak manusia...

Hak bani Adam...

Yang akan dituntut sampe akhirat kalo-kalo si yang dizholimi nggak mengikhlaskan...

Misalnya copet, kebayang nggak sih berapa dompet yang dicolong tiap tahunnya?

(Emang situ copet aye tanyain, hehehe...)

Mana ada coba copet yang nyatet biodata korbannya en punya niat baik ngebalikin kalo udah kagak kepepet lagi...

Belum lagi kutukan orang yang dicopet suka parah, semacem ”Sialan!”, ”Bangxxx”, ”Brengxxx”...

Hah, nggak tau deh apa bisa orang yang nyolong baca tulisan ini...

Pesen aku:

”Tobatlah... Pasang iklan di koran... Minta maaf sama orang-orang yang pernah situ zholimi... Soalnya, walau situ ntar tobat en jihad dan syahid dengan izin Allah, ”utang” situ kudu tetep dilunasin selama yang pernah situ zholimi belum ikhlas...”

Lupa Teman...

Seorang Muslim jangan sampai lupa siapa teman siapa lawan...

Jangan sampe seorang Muslim lebih bersikap baik pada non-Muslim yang nyata-nyata memerangi Allah, yang tidak suka jika ummat Islam kembali pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar...

Karena yang aku lihat...

Ada sekumpulan orang...

Yang memusuhi satu golongan (yang terpaksa jadi disebut golongan)

Satu golongan

...yang hanya ingin kalimat tauhid tegak di muka bumi...

...dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam...

Padahal,

Kumpulan orang yang memusuhi itu...

Menginginkan persatuan ummat Islam...

Aneh kan?

About Taubat

Suatu hari aku nonton TV.

Aku mengamati banyaknya artis yang umroh.

Nah, suatu hari aku liat artis -yang biasanya suka umbar aurat- pulang umroh.

Trus, ketika ditanya sama wartawan, ”Udah tobat mba?”

Dengan ”innocent”-nya dia bilang, ”Emang saya punya dosa apa?”

Masya Allah...

Pengen banget bilang, ”Lha, mba sendiri yang nggak menutupi aib mba sendiri. Orang sih tau itu dosa... Koq bisa toh mba ngomong begitu?”

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam aja tiap hari beristighfar alias minta ampun pada Allah. Padahal beliau sudah diampuni dosanya oleh Allah...

Tapi tujuan tulisan ini bukan untuk ngomongin artis itu. Tapi lebih ke diri kita sendiri.

Kadang kita merasa sangat tidak berdosa, masa lalu kita sangat baik, saat ini kita sangat bersih, sangat ... pokonya yang kurang cuma orang lain deh...

Kayanya kita perlu belajar tawadhu. Belajar bahwa hidup kita ini perlu ada perbaikan setiap hari. Mau kita memang berasal dari keluarga yang sedari kecil mengajarkan sunnah pada kita, apalagi yang keluarganya jauh dari sunnah... Kita memerlukan revisi progresif (bahasanya berat bo!) keimanan kita.

Iman emang naik turun. Tapi jangan sampe timbul tenggelam. Tempo-tempo ada, tempo-tempo ilang nggak jelas kemana. Minta sama Allah agar kita istiqomah, dan kita juga harus usaha supaya Iman itu terus melekat dalam hati.

Tobat itu kewajiban seumur hidup. Jangan sampe kita nganggap tobat itu hanya buat orang-orang lain yang banyak dosa. Tiap bani Adam pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi nggak semua bani Adam tergerak untuk tobat.

Bungee Jumping Feels Like...

I want to feel how bungee jumping feels like…
Because I feel it’s really uncomfortable when it happen to my heart…

Ya Allah, tetapkanlah hatiku…

What Am I Thinking Now?

Again, I want to go somewhere to think through what I’ve done.

What things those had been so wrong & put me in such uncomforted situation.

What am I thinking now?

I feel so down. I feel guilty for something I never done.

I know,

I don’t have to take any responsibility to something wrong that other person did.

You even can’t be responsible to yourself yet.

Think about your own needs is not an evil thing

You are not putting anyone else in any problem when you give an effort to fulfill your need…

In Chinese vocabulary, selfish means two things:

1. Doing something useful for you, give attention to yourself, love yourself

2. Evil things you do to other for your sake

We can’t get it together into one meaning. Actually I can’t remember exactly those selfish meaning in Chinese.

Give attention to you is not an absolute evil thing

Even

Give attention to you is absolutely not an evil thing…

Ada Apa dengan Frekuensi

Kadang aku merasa diriku terlalu memaksakan untuk berteman dengan seorang yang aku nggak nyambung sama sekali.
Aku kadang merasa, mungkin ada hal yang bisa bikin nyambung sama dia yang nggak nyambung itu.
Tapi ternyata,
Ketika hati beda frekuensi, sulit juga.

Ini aku ambil dari pengalamanku ber-friendster. Aku kenal beberapa orang yang sama-sama ikut kajian salaf, mulai dari Medan, Bogor, Kuala Lumpur, sampe Jepang... Walau nggak pernah ketemu rasanya deket dan aku merasa nyaman. Ya, nggak semua sama tingkatan nyamannya. Yang jelas, aku merasa aman dan nyaman untuk menjadi diriku sendiri.

Yang lain, walau aku coba untuk ramah, duluan menyapa, tapi tetep aja rasanya palsu, hampa, penuh pura-pura... Aku merasa, koq segininya ya? Apa sejauh itu beda frekuensinya?

Tapi ya, aku juga bisa nyaman dengan orang lain yang aku tau itu nggak se-frekuensi, tapi belum sampe tahap aman untuk menjadi diriku sendiri. Pengen rasanya punya temen nggak hanya karena pernah ketemu. Karena, berdasarkan pengalaman, adjusting ourselves to others and others did so, create a strange relationship. Each never learn how to accept the real others’ selves...

That’s what I feel. I might be wrong.

Ternyata Aku Memang Hanya Manusia Biasa

Ternyata aku memang hanya manusia biasa...

Yah, semua orang juga tau, aku emang cuma manusia biasa.

Hatiku lagi aneh, rasanya ada yang berat. Terasanya agak sedih, tapi untuk nangis kayaknya sangat bisa aku tahan, nggak seperti kesedihan sebelumnya. Mungkin otakku bingung, harus mengeluarkan air mata untuk apa?

Mungkin aku banyak dosa ya? Allahu a’lam...

Cuma Allah yang tau aku kenapa, aku aja nggak tau.

Aku hanya merasa belum mampu untuk itsar.

Merelakan kepentinganku untuk kepentingan orang lain...

Pikiranku selalu...

Kenapa aku?

Koq gw sih?

Dasar, tukang mengeluh...

Sudahlah...

Salafi Keras? Boong banget...

Aku suka lucu deh sama orang yang bilang salafi itu keras (bukan lucu sih, sebel...)

Alasannya cuma karena “Mereka nggak mau difoto”, “Mereka mengharamkan musik”, dll...

Lha, nggak usah orang bermanhaj salafi juga ada yang nggak mau difoto, apa mereka juga disebut keras?

Kalo musik, lha, bukan kita yang haramin... Plis deh...

Dulu, sebelum aku mantap, jujur aku nggak merasakan perbedaan dan bagian mana yang harus dibedakan antara salaf dan yang ngakunya moderat. Tapi justru mereka yang ngaku moderat yang sebelumnya aku sempat di pihak itu, sangat melarang aku untuk menuntut ilmu dari ustadz salafi, membaca buku salafi, dan justru itu yang membuatku mantap untuk menjadi salafi. Jawaban yang aku dapat dari kajian salaf sangat logis, sangat ilmiah, sangat fair, subhanallah... Aku bahagia merasa miskin dan bodoh ketika ada di majelis ilmu itu, sehingga aku terus haus akan ilmu... Aku berada di majelis yang menghargai ilmu, menghargai diriku dengan jujur, dan yang para pengkajinya adalah manusia biasa yang sangat peduli keadaan imanku...

Ya... Itu mah Allah yang ngatur, alhamdulillah... Cahaya itu Allah sampaikan dan tidak ada yang mampu menghalangi. Tinggal sekarang aku nggak boleh bandel biar cahaya itu terus menyala...

Aku juga bersyukur pada Allah, ternyata da’wah salafi yang -kata orang yang nggak tau- disebut keras, ternyata sudah menyebar begitu luas dan ternyata inilah da’wah yang lembut dan penuh hikmah. Maha Suci Allah yang menciptakan ustadz-ustadz yang begitu sabar berda’wah, semoga Allah memberi barokah hidup mereka dan keluarganya.

Buat yang bilang salafi keras, ayo tabayyun, cek sendiri. Jangan kata orang doang. Datangi majlis ilmu salafi dengan niat ikhlas. Jangan berpikir buruk dulu tentang materi berat. Kamu bukan anak kecil lagi. Ilmu sains dan lainnya yang berat kamu mau pelajari, masa ilmu agama kamu sendiri nggak mau.

Jangan sampai kamu memusuhi saudara kamu sendiri. Lihat hati kamu, mengapa ada kebencian sebegitu besar pada saudaramu sesama Muslim yang hanya ingin seluruh ummat mentauhidkan Allah...

Aku dan Walimatul ‘Urus Orang

Kemaren-kemaren orang tuaku banyak menghadiri pesta pernikahan alias walimatul ‘urus. Tapi “sayangnya”, yang dihadiri yang mewah-mewah. Yang budgetnya sekitar 100 juta...

Buset dah... (Heh! Koq kagetnya gitu sih???!!)

Masya Allah...

Di pikiranku, boros banget... Ngasih makan orang segitu banyak, orang-orang yang notabene kaya, nggak tau deh ada fakir miskinnya apa nggak di situ.

Tau nggak, di pikiranku, bugdet nikahanku nanti (yang entah kapan) semoga nggak jauh dari 10-15 jutaan (gede tau!). Yaa, mungkin undangan resmi cuma beberapa orang. Konsumsi 5 juta cukup nggak ya? Sisanya buat aku sama calon suamiku besoknya, hehehehehe...

Aku nggak pengen bermewah-mewahan. Tapi ada yang lebih aku khawatirkan. Keluarga besar pasti akan ikut campur (aduh, bahasa yang enaknya apa ya...???) dalam pernikahan nanti. Kebanyakan anak-anak uwa sama paman-bibi pada nikahnya di gedung. Lha, sewa gedung aja berapa. Belum lagi makanannya kalo di gedung mesti seribet apa...

Ya sudahlah, mikirinnya ntar aja. Yang jelas aku nggak segitu baiknya untuk mengorbankan makanku esok hari untuk ngasih makan orang-orang yang bahkan udah kekenyangan...

Oia, minta saran. Aku paling sebel sama yang makan di undangan yang nyisain makanannya banyak gila (maksudnya banyak banget). Kadang ngenes banget soalnya yang lapar juga masih banyak. Gimana ngingetinnya ya? Apalagi ntar kan yang dateng kerabat orang tua dan kerabat calon mertua juga...

Halah, koq pusingnya sekarang...

.:: Pantesan nikah menggenapi separuh agama. Orang udah nikah nggak usah pusing mikirin ini. Bisa konsen dah sama tholabul ilmi dan kegiatan bermanfaat lain... ::.

Libur Akan Usai

Liburan sebentar lagi selesai. Kembali ke kesibukan kuliah... Rasanya baru kemaren masuk kuliah, udah mau lulus setahun atau dua tahun lagi. Harus udah mulai mikirin skripsi... Secara ilmu yang aku pelajari adalah ilmu sosial yang harus aku pikirin kemudahan dan kesulitan yang nanti aku hadapi, belum biayanya yang kemungkinan dari diri sendiri. Belum lagi menghadapi keinginan untuk nikah setelah KKP, berarti sebelum skripsi.

Hah...

Kebayang capeknya...

Tapi Insya Allah, ini udah jalannya. Aku udah mulai “menikmati” kuliahku, walau tetep aja rasanya lebih pengen untuk menjadi akhwat sejati yang menjadi ratu rumah tangga... Tapi toh ilmu ini Insya Allah nantinya berguna. Yang harus aku pertahankan, aku nggak boleh jadi obsesif sama nilai dan hal-hal yang berkaitan dengan kuliahku, karena kuliah ini cuma jalan, bukan tujuan...

Ada waktunya nanti aku akan menikah dengan seseorang yang Allah taqdirkan akan menjadi suamiku. Sekarang aku masih harus jadi anak kuliahan yang tiap hari pulang ke rumah orang tua... Semoga Allah selalu menanamkan kesabaran ke dalam hatiku untuk menghadapi ini semua.

Kalo dirasa-rasa kayaknya capek banget. Tapi aku biarkan aja mengalir. Aku berusaha sebaik mungkin mengerjakan apa yang aku hadapi dan nggak terlalu banyak mengeluh. Aku juga nggak pengen mikir macem-macem. Just focus...

Tuesday, August 05, 2008

Am I Guilty?

Aku nggak tau apa aku salah, ketika aku nggak mau ngebantuin temenku atau adikku...

Karena aku takut mereka nggak belajar...

Karena aku takut mereka jadi orang yang tergantung sama orang lain...

Dan nggak bisa apa-apa tanpa orang lain...

Konteksnya nggak sampe kita sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan...

Toh aku juga butuh orang lain untuk beberapa hal...

Gini lo,

I feel like a kind of guilty when you give money to beggar, then he never even walk to looking for money...

Entah kenapa di pikiranku, selalu terngiang...

Orang nggak boleh tergantung sama orang lain...

Aku berpikir,

Terkadang tekanan bisa membuat orang mendapat keterampilan baru

Dan keterampilan itu bisa bertahan...

Sekali lagi, pembahasan ini nggak sejauh pembahasan kita butuh petani karena kita nggak menanam padi sendiri...

Tapi sekedar basic independency...

That you are you with or without somebody else...

Show people that you’ve tried optimally before you ask for help.

You are liable!

Kabar Bahagia yang Telat Disampaikan

Masih Juli, tapi udah Juli akhir ni... Setelah postinganku yang aku buat dan akhirnya basi karena nggak juga diposting, dan aku akan tetep posting, aku akhirnya nerima nilaiku...

Surprise...

IPK ku sampe semester ini 2,84 (such a stupid one huh?)

Karena IP semester ini... 3,55 (such a clever one huh? You know what, Allah helps me all the way...)

Ketauan deh yang dulu-dulu kisarannya berapa...

Alhamdulillah...

Ada satu nilai terakhir dari minorku yang aku lama banget nungguin...

Aku kira aku dapet C, karena aku merasa aku nggak terlalu bisa...

Aku pasrah...

Ternyata...

Aku dapet A...

Alhamdulillah, aku kaget...

Aku sempet drop karena aku ada nilai D semester kemaren, which is, menyebabkan aku nggak bisa dapet beasiswa...

Qadarullah...

Tapi aku tau, inilah mungkin satu cara untuk nguatin aku...

Bahwa aku nggak perlu ngejar dunia...

Masih banyak hal berharga lain yang bisa aku kejar, yang lebih layak aku perjuangkan...

Bukan sekedar secarik kertas (yaaa, penting juga sih) dengan nilai ABC berderet (no D anymore!)...

If There is Someone...

If there is someone lost from me, I don’t want to search…

I’ll let “that someone” lost forever…

I’m not going to cry and beg “that someone” to come to my life and relieve the pain “that someone” made…

I’ll let that pain relieved by myself…

It’s hard to meet someone and then feel you needed by “that someone” somehow. After that, you feel like you don’t want anyone to need you anymore. Because at last, you’ll going to be the one who get hurts.

It’s not about appreciation from anyone. I don’t have to receive any thanks for any help I should do. I feel like a mother bird who teach her kid to fly and then the kid fly away and never come back again.

At last, I know the proper word to tell you what my heart really feel now…

Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Rooji’uun…

Hi There!

Hi, I’m here again. Do you miss my posting? Well, it’s a long holiday now, after some hard things that I had to get done, but now it’s done. You know what? I think I’m not really enjoyed this free time. I know for sometimes when I get so busy I still complain. But I think I want to have something to get done.

I don’t know why I feel like I’ve become someone who never really struggle for what I want. It’s not about struggling for better score in my college or any kind like that, I just feel like I don’t need to chase anything. I don’t have more than I can see ordinary people have. It’s like a very easy life for me. I shouldn’t complain about it.

I don’t want to request myself to do something. I really like play my life in a very safe zone. Alhamdulillah…

Honestly, I feel like I life for Allah and then myself. I feel like I just need to wait for the time He calls me to another world. It will be a very long journey, I should prepare something. I’m not asking for some obstacle in my life. I want this kind of life forever. I want to always feel comfort and I want to always be able to say thanks to Allah for all He’s been given to me.

I know it’s just a selfish from my heart, that I want someone needs me but in the other side, when someone needs me for any time (we know it as dependency), I feel like I’ve been used up.

I want someone to ask me some help and someone who know my limit.

Thursday, July 31, 2008

Ngulang Nggak Ya?

Minta saran dong, dari siapa aja yang baca blog ini...

Please...

Gini, di salah satu mata kuliah interdepartemen (MK yang harus diambil dari departemen lain sebagai penunjang mata kuliah mayor), judulnya pengantar menejemen. Nah, aku dapet D, yaitu pilihan untuk ngulang atau nggak. Konsekuensinya kalo nggak ngulang, ntar lulus predikatnya paling cuma memuaskan.

Kalo ngulang katanya predikat lulusnya bisa jadi sangat memuaskan... Tapi jujur aku sih nggak terlalu peduli sama itu. Orang tua mungkin sedikit peduli sama gelar itu.

Trus, aku ngerasa nggak mau ngulang karena aku udah bener-bener belajar waktu itu. Udah gitu, ada beberapa mata kuliah yang menurutku agak berat untuk semester ini.

Aku bingung... bantuin aku dong, kasih saran. AKu bener-bener diantara dua pilihan. Aku ngerasa ini nggak penting. Tapi untuk orang tuaku, aku nggak tau juga deh. Apa aku harus ngulang cuma buat menyenangkan orang lain? Predikatku nggak akan kepake kerja juga sih!

Bingung. Bantuin ya...

maaf ya...

Buat yang kangen postinganku di blog, maapin ya lagi males ni... Udah banyak ngetik tapi kadang lupa diposting. Soalnya sekarang lagi liburan, jadi kalo mau posting harus ke kampus dulu.

Ini juga lagi di kampus sih, tapi males masukin flash disk, takut kena virus.

Tungguin aja dulu ya, trus nanti kalo agak basi maapin aja ya...

Semangat!

Monday, April 21, 2008

Sundanese Invantion!

Abdi teh sanes kumaha-kumaha nganggo basa Sunda. Saur ayah, ayeuna mah sakedik pisan urang Sunda anu nganggo basa Sunda, komo deui di kota. Anu lucu mah, aya dua urang Sunda bade nyaba ka kota. Ari di bumi keneh mah nganggo basa Sunda. Ari tos dugi kota nyariosna basa Indonesia, padahal ngobrolna sareng jalmi nu sami...

Bade naon isin nganggo basa Sunda? Kunaon ari tiasa basa Inggris mani agul?

Kadang abdi mah sok aneh kana pelajaran PPKn. Ngartos abdi mah kunaon ari ngobrol di nu rame mah, komo mun baturna ngan hiji, ulah nganggo basa nu moal dipikaharti ku saurang. Tapi kunaon cing urang Jawa teu isineun ngobrol basa Jawa sareng rencangana?

Urang teh ulah siga urang Amerika. Ti alit tiasana ngan basa Inggris hungkul. Teras jadi agul... Nya Amerika mah “pantes” agul oge. Ari urang? Mana basa Indonesia nu dianggo oge teu bener...

Ieu mah sanes nyarekan atawa naon, saur abdi mah, tong dugi isin nganggo basa Sunda. Keun we disebut orang kampung oge. Da teu dosa iyeuh jadi urang kampung mah.

Abdi oge ngan tiasa 3 bahasa (Indonesia, Sunda, Inggris). Saur abdi mah tiasa kanggo latihan otak supados henteu mintul.

Just Let Go What's Not Yours

Jujur, aku ngerasa udah bisa melepaskan “masa lalu”ku untuk melihat masa depan.

Aku nggak lagi berharap pada harapan kosong pada orang yang nggak jelas...

Aku kira, dengan berusaha melepas seorang aku akan sedih. Ternyata, perasaanku semakin ringan, bebas, ceria... Ternyata aku telah membebani diriku sendiri. Mungkin selama ini aku telah melakukan suatu kesalahan, atau memilih sesuatu yang salah, atau memilih orang yang salah...

Apapun itu...

Alhamdulillah, sekarang aku benar-benar bebas, I can feel my heart fly to the sky of freedom.

Hi...

Udah lama banget nggak menyentuh blog-ku... Sekarang lagi pengen pake aku-akuan... Ana-nya lagi liburan...

Aku baru tau, ternyata aku masih agak oon...

Aku kira blog-ku nggak akan ada yang mau baca...

Paling banter temenku sepengajian, seperjuangan, seperkelasan, kesebelasan...

???

Tapi kata mbaku yang ITP 40 (^o^) blog itu FRRRREEEE untuk dibaca siapa aja...

Mana teu nyaho ngatur security-na...

Masalahnya aku ini orangnya geeran pisan. Kalo blog-ku diliat, atau FSku dibaca-baca sama yang nggak aku kenal... Rasanya punya secret admirer...

Aku? Punya secret admirer? Dunia khayal ^-^

Balas Dendam?

Kadang aku bingung...

Internet qo kayak jadi ajang balas dendam...

Tapi aku nggak tahu cara mengungkapkannya...

Sampai suatu hari seorang ukhti memberi tulisan forward-an (apalah... pokonya gitu)...

Akhwat dan ikhwan yang di dunia nyata jaga hijab, pemalu, pokonya shalih-figure banget...

Eh...

Di Internet...

Becandaan sama lawan jenis...

Ikhwan sama akhwat, akhwat sama ikhwan...

Curhat-curhatan...

Saling nyemangatin...

Pusiiiing...

Aku kira aku doank yang resah dengan hal ini...

Karena aku ogah suamiku di masa depan alim di dunia nyata tapi centil di dunia maya...

OGAH!

Tapi ternyata aku punya teman seperasaan...

Aku tau jaga hijab itu juga proses belajar...

Tapi jangan jadi kayak...

Bunglon...

Gurita...

Yang bisa berubah warna tergantung ”suasana hati”...

Ngasih tau orang aja jago...

Sendirinya...

Tapi jangan gara-gara ogah dibilang bunglon jadi nggak jaga hijab di mana-mana. Eta mah kacida pisan. Ari terang mah atuh laksanakeun...

Bingung...

Semua orang memiliki latar belakang hidup yang beda… Jauh berbeda… Masing-masing menjadikan pengalaman itu dirinya yang sekarang… Bagaimana dengan aku?

Aku pun demikian. Banyak hal yang bisa aku mengerti dalam hidup, mungkin jika aku pernah mengalaminya. Selain itu, mungkin aku tidak bisa merasakannya, berempati sepenuh jiwa... Karena aku tidak akan pernah menjadi orang lain.

Semoga aku makin mengenal perbedaan dan memakluminya. Namun, aku pun tidak ingin membiarkan sesuatu yang tidak boleh berbeda menjadi beda... Aku bingung...

is there something wrong?

I wonder why this anger come and come again... I know I did many mistakes since I take my life as my responsibility. It’s something horrible inside, but it’s just about what I feel with someone else. I feel like I can’t understand them. I really wonder what they want. Sometimes they look angry but I really didn’t get the reason for their anger. I really wonder.

I really eager to know what my faults then fix it for better life. But let me know the real faults, not according to someone’s one-sided assumption. I really want to explain what I did, do and will do to make you understand about me. I just have the reason for the things I do. I do sometimes have reasons for many things I don’t do.

Don’t prejudice me.

Tuesday, February 12, 2008

I Just Realize...

Ana baru aja baca buku curhat waktu SMP sama seorang temen yang sekarang ada di Malaysia. Isi buku itu, norak banget, nggak mature sama sekali. Bahkan cenderung malu-maluin... Ternyata masa itu emang ana belum bisa berpikir jernih, apalagi matang. Sedikit-sedikit bilang suka, benci, terlalu fluktuatif.

Tapi dari beberapa curhatan, ternyata ana nemuin ana itu seringkali salah orang. Seringkali ana suka sama siapa, tapi ternyata yang suka ana bukan orang yang ana suka... Tapi alhamdulillah, ternyata itu juga yang melindungi ana dan membuat ana punya rekor nggak pernah merasakan putus (pacaran aja nggak pernah ^o^)... Dan itu masih berulang sampai SMA...

Ternyata kata temen ana bahwa ana itu sering sibuk dengan perasaan sendiri ada benernya. Tapi jujur itu semua bukan untuk menyakiti siapapun atau untuk bersenang-senang, karena semua itu adalah ilegal (alias nggak boleh). Rasa suka tanpa disertai kesiapan untuk menjadikannya halal, mau dengan orang yang disuka maupun sebaliknya, tetep aja nggak boleh toh... Nggak ada kewajiban membalas cinta seorang yang membawa kita ke arah yang diharamkan... Bahkan kalo jadinya pacaran ya itu mah haram atuh...

Tapi ana juga pengen minta maaf atas korban-korban ke-oon-an ana...

Alhamdulillah, ketika ana bodoh, ana “dipersulit” untuk mengetahui siapa yang suka sama ana. Ketika ana udah agak pinter... tetep aja nggak tau siapa yang suka sama ana... Karena itu NGGAK PENTING.

“I’ll try to keep a place in my heart which is for my future husband. I even try not to care about my own feeling to anyone I shouldn’t love. Of course, I really won’t care about someone’s feeling to me as long as it not on the right path...”

Satu dari 101

Dari 101 kasus ibu kandung yang membunuh anaknya, yang paling diingat adalah seorang ibu lulusan ITB yang suaminya juga lulusan ITB yang membunuh 3 anaknya, yang kerudungnya lebar dan suaminya aktivis. Padahal, ada ibu lain yang membunuh anak-anaknya sendiri dengan cara membakarnya, tapi menghilang begitu saja dari berita.

Dari 101 kasus terorisme di dunia, mafia, gengster, tapi yang paling diingat adalah teroris yang kebetulan berjenggot dan celananya tidak isbal. Padahal Hitler tidak berjenggot dan celamanya isbal. Para mafia, bahkan tidak ada yang Muslim. Para gengster di Amerika yang sering melakukan penembakan di jalan-jalan pun hampir tidak ada yang Muslim.

Dari 101 gaya berpakaian perempuan yang ada di Indonesia, perempuan yang menggunakan cadar menjadi hal yang lebih menghebohkan daripada mereka yang hanya mengenakan pakaian pendek atau ketat keluar rumah. Kerudung yang dililit leher dan mencekik pemakainya tidak dipandang kurang benar. Kerudung longgar yang dipeniti sana-sini sampai ketat pun tidak diprotes, malah katanya terlihat lebih cantik. Padahal, kalau ibu-ibu sadar, pada suami mereka justru tidak akan tergoda dengan para perempuan catik yang berada di balik cadarnya (hehehe...).

Dari 101 orang yang sabar, mungkin ana salah satu yang kurang sabar dan sering bertanya, “Koq kaya gini sih?”. Tapi itu semua nggak perlu dijawab, karena subjektivitas terlalu jelas dalam masalah-masalah di atas.

It’s Not a Rejection

I hate to be hug

I hate to be touch

But trust me, it’s not a rejection, it’s all too strange to me…

I have too much criticism without being praise

I have too much think about what people feel and think for what I do than being understood…

Now I learn to accept it, and I’m sorry if you feel discomfort with me…

I may too cold, too strict, and please don’t ask me why I become like this…

Just help me to become better…

I Try...

I just give up with what people doing to me. I don’t know and I’ll never know do they really mean to do evil to me or they just never mean it? I just give it back to Allah. He knows people that really love me and really hates me.

Their loves and their hates is not my business, because I just have to treat people as nice as I can. I don’t need to revenge someone who doing bad to me as he or she did. That won’t make me different with him or her.

It really hurt to be hates by someone you love, or feeling that you less love than others. But I know that this world never be that cold. There so much love for me and for people around me. I don’t even need to search it because it’s all around. But sometimes it doesn’t show.

Now I try to forgive all bad thing I ever feel, every people I blame for what happen to me, and every blaming claim that people give to me for what I never did. Though it’s hard and stressful, I’ll try…

I think writing this message will release my hard feel. But it’s not yet… Thank you for supporting me, whoever you are, though you never show you affection to me…

Dosenku tega…

Dosen-dosen ana ternyata tidak sebaik penampakannya… Ternyata mereka tidak sedewasa pemikiran mereka di bidang ilmu mereka. Ternyata walau mereka tidak mempelajari ilmu agama secara intensif, mereka merasa pintar juga di bidang ini... Bukan masalah sirik atau nggak suka, tapi kalo yang nggak ahli agama banyak ngomong dan omongannya dipercaya, ancur dong...

Mereka ngerti ajaran agama katholik, protestan, tapi koq belajar Islamnya sakarepe (maaf kasar). Yang beda disindir-sindir, tanpa mau bertanya... Asam garam yang sudah mereka makan menjadikan mereka kenyang dan tidak lagi haus dan lapar dalam mencari kebenaran...

Tapi kayaknya mereka nggak segitunya sih...

Ah, tapi intinya ana lagi sebel...

Ana nggak ganggu mereka, bahkan nggak protes materi kuliah mereka. Ana coba menjadikan materi kuliah sekedar wawasan isi otak orang lain. Ancur dan aneh, tapi ada yang kepake. Lha wong dosennya sendiri yang bilang kalo orang-orang di bidang ilmu ana berasal dari keluarga broken home. Tapi yang jadi pertanyaan, ilmu apa yang bisa diperoleh dari orang-orang yang mindsetnya seperti itu?

Tapi ada 1 hal positif...

Ana harus lebih sering minta perlindungan sama Allah dari pikiran nyeleneh, ancur, ga jelas... Dari godaan untuk nggak istiqomah cuma gara-gara sindiran dosen...

Maybe they want me to go out. But I have a responsibility to have my college done, because my parent want it. I know it’s not my right path, but I know Allah will help me. I try my best to help myself too.

Wa laa takilnii ilaa nafsi thorfata ‘ain...

Pertanyaan Aneh...

Ana pernah nanya sama seorang temen, ketika itu ana lagi aneh, lagi memikirkan seuatu yang seharusnya belum ana pikirkan karena belum menjadi suatu realita bagi ana (hohoho…)

Siapa yang lebih baik dipilih, seorang yang ketika kita ingat membuat kita “tersenyum” (karena tingkah lakunya menyebalkan) atau seorang yang ketika kita ingat membuat kita menangis (karena terpisah jauh dan sikapnya terlalu baik untuk dilupakan)?

Temen ana menjawab, “Yang bikin kita nangis...”

Setelah itu, ana merasa bodoh, ngapain dipikirin? Ngapain ditanyain?

Nggak guna...

Dua-duanya belum halal, dua-duanya nggak perlu dipikirin dan dibingungin... Walau dua-duanya memang ada...

Boting ah (bodo teuing...)

Yang penting ntar yang benerannya bisa bikin ana bahagia dunia akhirat...


Semoga apa yang ana usahakan bermanfaat bagi antum wa antunna...