Thursday, August 21, 2008

Ada Apa dengan Frekuensi

Kadang aku merasa diriku terlalu memaksakan untuk berteman dengan seorang yang aku nggak nyambung sama sekali.
Aku kadang merasa, mungkin ada hal yang bisa bikin nyambung sama dia yang nggak nyambung itu.
Tapi ternyata,
Ketika hati beda frekuensi, sulit juga.

Ini aku ambil dari pengalamanku ber-friendster. Aku kenal beberapa orang yang sama-sama ikut kajian salaf, mulai dari Medan, Bogor, Kuala Lumpur, sampe Jepang... Walau nggak pernah ketemu rasanya deket dan aku merasa nyaman. Ya, nggak semua sama tingkatan nyamannya. Yang jelas, aku merasa aman dan nyaman untuk menjadi diriku sendiri.

Yang lain, walau aku coba untuk ramah, duluan menyapa, tapi tetep aja rasanya palsu, hampa, penuh pura-pura... Aku merasa, koq segininya ya? Apa sejauh itu beda frekuensinya?

Tapi ya, aku juga bisa nyaman dengan orang lain yang aku tau itu nggak se-frekuensi, tapi belum sampe tahap aman untuk menjadi diriku sendiri. Pengen rasanya punya temen nggak hanya karena pernah ketemu. Karena, berdasarkan pengalaman, adjusting ourselves to others and others did so, create a strange relationship. Each never learn how to accept the real others’ selves...

That’s what I feel. I might be wrong.

No comments:


Semoga apa yang ana usahakan bermanfaat bagi antum wa antunna...