Wednesday, April 01, 2009
Will I?
As I remember, my parent agrees if I marry at 22. I'm so grateful I never say 22 years old in March 22, 2010. I never care anymore about my birthday since I know it's not special.
Hopefully my status will changes in Syawal this year ^-^
Will I?
Tuesday, February 17, 2009
Friday, February 13, 2009
I’ll Still Be Uncommitted
Am I Changing?
I start to feel I’m changing. I’m not the one I use to be. I’m more introverts. I really want to share so much, but I was just made a mistake in trusting someone. I don’t want to make the same mistake. When I want to talk, my mind said, “Will she gives you good advice or will she makes a new problem?”…
I start to think that I am a deviance. Why it such a hard to find someone who can comfort with me. Friends are everywhere, but I want to have good friends. Dear people, I’m here, step my feet on the ground… Alhamdulillah, there are still
Maybe I’m not a person who can be too close with someone else. I’m not comfort with it. There are some distances I want to keep. It’s not about what they can’t ask me to, but how much they force me to be someone else.
Sometimes I want to say, “If you feel comfort to be my friend, let’s have a good friendship and let’s learn to ikhlash with it. But if you feel uncomforted with me, just go away but don’t hurt me.”
"Adik-Kakak"-an
Pertama kali aku menemukan hal ini waktu SMA, ketika seorang temenku jadi “adiknya” seorang kakak kelasku. Nggak jadi masalah kalo keduanya sama-sama akhwat, tapi kakak kelasku itu ikhwan, dan temenku itu akhwat.
Kadang aku melihat fenomena ini sebagai pacaran terselubung. Karena pada dasarnya tidak ada hubungan itu (kakak-adik) karena nasabnya memang bukan begitu. Lain halnya dengan adik kelas, itu mah wajar dan nggak aneh. Tapi yang ini tuh jadi seakan... apa ya, aku juga nggak ngerti.
Kalopun aku harus ber-husnuzhon sama hubungan semacam itu, bukankah aku lebih layak untuk ber-husnuzhon pada Allah akan adanya larangan untuk tidak mendekati zina? Biasanya yang kakak-adikan gini suka curhat, SMS, masya Allah... Jauh dari syar’i. Adik tiri (beda bapak & beda ibu) aja nggak lantas jadi mahrom, kenapa jadi boleh berlaku layaknya mahrom sama yang nggak ada hubungan sama sekali? Sepupu aja bukan mahrom, kenapa lebih berani lagi dengan yang bukan sepupu?
Aku nggak percaya ada persahabatan atau adik-kakakan (apapun namanya) yang murni antara ikhwan dan akhwat zaman sekarang ini, apalagi sama-sama muda. Mau itu aktivis dakwah, mau itu awam, mau yang ngerti atau nggak ngerti syari’at, nggak ada persahabatan atau adik-kakakan itu. Kalo boleh bilang sesuatu, THAT’S BIG LIE!
Bermacam alasan dikemukakan, lebih nyaman lah, lebih bagus kasih nasehat lah, lebih pengertian lah, yang jelas aturan Allah tidak untuk dirasa-rasa, tapi untuk dilaksanakan. Kalo kata Allah jangan mendekati zina, kenapa harus mencari cara yang mendekati zina? Sudah sehebat itukah mereka, sampai-sampai merasa kuat dengan godaan lawan jenis? Atau ada pihak yang tidak normal sehingga tidak bergetar ketika dekat dengan lawan jenisnya? Mungkin…
Wallahu a’lam.
Tuesday, January 13, 2009
Saudara yang ..Kurang.. Beruntung
irmarch.wordpress.com
Friday, January 09, 2009
Lagi-lagi Cinta
Aku mencintai hujan. Namun aku tak akan mengatakan aku tak menyukai cuaca panas karena mungkin orang lain ada yang mencintai cuaca yang agak panas.
Aku mencintai bunga mawar putih. Namun aku tak akan mengatakan aku tak menyukai melati karena mungkin orang lain ada yang mencintai bunga melati.
Aku mencintai hutan pinus. Namun aku tak akan mengatakan aku tak menyukai hutan jati karena mungkin orang lain ada yang mencintai hutan jati.
Biarkan aku mencintai apa yang ingin kucintai. Karena tak semua yang tak kucintai aku benci. Tak perlulah aku mengatakan aku tak menyukai apa yang kurang kusuka. Mungkin itu adalah kecintaan orang lain. Karena cinta orang lain tak berhak aku ganggu gugat. Aku tak ingin orang merasa salah dengan apa yang dicintainya karena aku tak mencintai hal yang sama.
Karena semua ada dengan izin Allah. Tidak ada yang tercipta dengan sia-sia. Cukuplah aku membenci apa yang Allah benci dan mencintai atas dasar cinta kepada-Nya... Karena mencintai hujan, bunga mawar, dan hutan pinus tak mengganggumu, maka biarkan aku dengan kecintaanku ini. Sebelum tiba “cinta” yang lain... (^-^)
Just Wanna Make Sure
Trus, yang berharap lebih dari blogku ini, aku minta maaf karena yah beginilah blogku. Isinya kebanyakan curhatan, gugatan, dan kucuran idealisme yang mumpung masih kentel aku tulis aja. Di masa depan, mungkin aku akan baca tulisan-tulisanku dengan tersenyum atau mungkin malu sendiri. Tapi bukan malu karena sok idealis, tapi karena susunan kata yang begitu deh...
Aku hanya ingin memastikan blogku ini juga ada manfaatnya walau sedikit banget. Beberapa orang bilang aku ini orang yang sulit dipahami. Tapi perasaan nggak ada yang bilang tulisanku susah dimengeti... Hehehe...
(Jangan geer kamu Ma, kalo tulisanmu agak susah dimengerti jangan-jangan yang baca udah males duluan...)
Makasih atas kunjungannya dari orang yang kenal aku sampe yang nggak kenal sama sekali, entah gimana bentuknya. Boleh koq ngasih saran, terutama mengenai materi. Semoga ntar kalo kajian di masjid Imam Ahmad udah mulai aku bisa berbagi sedikit, tapi aku nggak janji.
Mengalah atau Kalah?
Misalnya, kita ngerti, paham, tau dalil, bahkan udah hafal diluar kepala mengenai pergaulan laki-laki dan perempuan. Entah kenapa contoh dari hal ini selalu yang paling gampang diingat. Tau pegangan tangan laki-laki sama perempuan yang bukan mahrom tuh haram, atau dua-duaan, atau becandaan, atau mesra-mesraan dalam berbagai media, itu juga haram. Tapi kadang alasan yang dikemukakan tuh nggak banget, “Dia kan belum ngerti kalo ditegasin.”
Orang lain nggak ngerti syari’at yang kita jalanin nggak boleh menjadikan kita nggak melaksanakan syari’at itu, karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu bukan karena Allah itu termasuk syirik…
Ketika orang lain nggak ngerti syari’at, maka dakwahkan itu dengan mencontohkannya. Kita menyesuaikan penyampaian kita pada orang yang mau kita dakwahi, tapi bukan dengan bersikap longgar dalam melaksanakan syari’at itu sendiri. Kalo kita paham ya laksanakan. Jangan sampe orang awam menganggap hal yang wajib sebagai bukan wajib gara-gara kita yang ngerti ngelaksanainnya setengah-setengah, musiman, timbul tenggelam...
Friday, January 02, 2009
About Palestina
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Al-Qur'an, 005.087 (Al-Maeda [The Table, The Table Spread])
Text Copied from DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.9
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Maidah [5]: 87)
Aku ingin mengingatkan ini pada semua kawanku, setelah aku dapet bulbo di FS-ku yang aku rasa ada kaitannya sama ayat ini. Inget, ini bukan tafsiran ayat dan tulisan di bawah ini nggak bisa dijadikan hujjah karena aku bukan ustadzah.
Aku ngerti buletin itu ngajak untuk peduli dengan nasib saudara seiman di Palestina. Aku seneng kepedulian itu dibagikan pada orang-orang yang awam. There’s so many things those we have to do for them in Palestine.
Tapi yang aku herankan adalah, haruskah jadi mengharamkan barang produksi Israel dan Amerika (dengan cara di boikot)? Jika tujuannya untuk menghambat “gerak” mereka, sejauh mana boikot itu akan berpengaruh?
Aku nggak membela mereka yang menyakiti saudaraku di Palestina ataupun belahan dunia manapun. Tapi kalo urusannya udah mengharamkan yang dihalalkan Allah, bukankah itu seperti orang kafir yang menjadikan pendetanya sebagai Tuhan? Mereka mengikuti apa yang dikatakan pendetanya walaupun itu berlawanan dengan yang ada di kitab suci mereka.
Sikap itu cuma menimbulkan inkonsistensi atau ketidakkonsistenan. Emang Internet dikira bukan bikinan orang Yahudi? Apa lantas yang punya mobil Ford, yang pake produk elektronik buatan Amerika, yang makan roti (di Indonesia ada gandum gitu? Impor tau!), yang makan tempe tahu (kan kedelainya impor dari Amerika...) apa lantas mereka jatuh pada dosa akibat melanggar yang “diharamkan” tersebut? Trus kalo orang sakit yang obatnya berasal dari produk Israel atau Amerika gimana? Trus, kalo produk itu manufakturnya di negara Islam (walaupun perusahaan Yahudi/Amerika) gimana? Atau sebaliknya, kalo itu perusahaan Islam tapi manufakturnya di Israel, gimana? Trus saudara Muslim kita di Amerika gimana dong?
Apa lantas jual-beli dengan orang Yahudi dan Nashrani jadi haram? Siapa yang mnengharamkan?!
Trus lagi, ditulis, “Naudzubillahimindzalik jika kita tersenyum saat ratusan orang meregang nyawa...”. Siapa yang senyum? Su’uzhon aja nih... Lihat akarnya. Orang nggak akan ngerti kalo langsung “ditembak” gitu, apalagi awam. Jangan tekan awam dengan perkataan, “Kalau kamu nggak peduli sama saudara Muslim di Palestina berarti kamu begini dan begitu! Kamu bukan Muslim yang baik kalau nggak peduli!” atau semacamnya. Lha wong sama saudara Muslim di Indonesia yang kelaperan, yang kena bencana, dan yang kesusahan aja masih susah pedulinya, gimana yang jauh? Jadi repot. Tanamkan dulu kenapa mereka mesti peduli, karena mereka di Palestina itu saudara seiman. Kenapa mesti peduli, karena itu perintah Allah. Itulah susahnya kalo tauhid belum mencengkram di hati, kalo nggak ada hubungannya sama keuntungan diri sendiri nggak mau peduli. Coba bersabar dalam menanamkan bahwa kita harus peduli karena itu memang perintah Allah.
Ada lagi, jangan jadikan alasan kemanusiaan (bagi kita orang Muslim) untuk membantu mereka. Lakukan ini karena Allah. Jika memang ulil amri telah menyuruh jihad di sana, maka lakukan dengan niat menaati perintah Allah... Pikir lagi, if you say “I’ll go there because of my humanity.” Berarti niat ke sana bukan karena Allah! Hal ini juga perhatiin!
Trus ada lagi, adanya anjuran untuk doa bersama. Aina dalil? Mana contoh dari Rasul?
Ada lagi, kejadian di Palestina ini jadi ajang saling tunjuk antar “kelompok” Islam. Ada yang nunjuk-nunjuk orang atau kelompok lain, “Mana kepedulian kalian? Acuh banget sih sama Palestina! Anti jihad-kah kalian?”. Prihatin, koq jadi kayak ajang pamer. Sayang loh pahalanya... Lagian, kasarnya gini, emang siapa elu sampe-sampe gw mesti ngelaporin segala amalan gw?
Intinya, kejadian di Palestina ini juga jadi pelajaran buat kita, mana yang kita dahulukan, dalilkah? Ataukah akal kita? Ataukah semangat kita? Ataukah perasaan kita? Ini semua ujian, dalam keadaan gini kamu percaya atau nggak, masalah akan selesai dengan cara yang telah ditentukan Allah, atau kamu merasa memiliki cara yang lebih baik? Naudzubillahi mindzaalik, jangan sampai memiliki pikiran pendapat kita lebih baik dari dalil dalam Alquran dan Sunnah.
Wallahu a’lam, wallahul musta’an...
Thursday, January 01, 2009
Islam Menganjurkan Umatnya Untuk Mempunyai Banyak Anak
Jumat, 2 Nopember 2007 16:00:53 WIB
ISLAM MENGANJURKAN/MENGGEMARKAN MEMPUNYAI ANAK
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Dalam masalah ini telah datang dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mempunyai anak bahkan mempunyai anak banyak sebagai mana akan datang keterangannya di fasal ke tiga. Di antara dalil-dalil tersebut ialah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : …dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu (yaitu anak)” [Al-Baqarah : 187]
Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik dan lain-lain Imam dari kaum Tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan anak (Tafsir Ibnu Jarir dan Tafsir Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat di atas)
Maksudnya : Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mencari anak dengan jalan bercampur (jima’) suami istri apa yang Allah telah tentukan untuk kamu.
Cukuplah ayat di atas sebagai dalil yang tegas dan terang bahwa Islam memerintahkan mempunyai anak dengan jalan nikah dan bercampur suami-istri. Dan sekaligus merupakan larangan dan celaan terhadap mereka yang tidak mau mempunyai anak padahal ada jalan untuk memperolehnya dengan qadar Allah.
Dan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar]
“Artinya : Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik]
Kelengkapan takhrij dua hadits di atas terdapat di kitab besar kami Riyadlul Jannah (no. 172 dan 173).
ISLAM MENGANJURKAN UMATNYA UNTUK MEMPUNYAI BANAK ANAK
Diantara dalil-dalilnya ialah duah hadits yang telah lalu di fasal 1 dari hadits Ma’qil bin Yasar dan hadts Anas bin Malik kemudian hadits yang sangat terkenal di bawah ini yaitu do’a Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anas bin Malik.
Artinya : Ya Allah! Banyakanlah hartanya dan (banyakanlah) anaknya dan berkahilah apa yang engkau telah berikan kepadanya” [Hadits shahih riwayat Bukhari (7/152, 154, 161, 162 dan Muslim 2/128]
Dalam riwayat yang lain yang juga dikeluarkan oleh Imam Bukhari di kitabnya yang lain di luar kitab Shahih-nya yaitu di kitabnya Adabul Mufrad (no. 653), Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akannya.
“Artinya : Ya Allah ! Banyakanlah hartanya dan anaknya, dan panjangkanlah umurnya dan ampunkanlah ia” [Derajad hadits ini Hasan]
Dari hadits yang mulia ini kita mengetahui bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai umatnya mempunyai banyak anak. Dengan demikian, maka Islam menganjurkan umatnya mempunyai banyak anak dengan maksud dan tujuan yang suci mengikuti ‘Syari’at Rabbul ‘Alamin di antaranya yang terpenting adalah memperbanyak umat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau tegaskan (lihat haditsnya di fasal pertama). Keadaan yang demikian membuat orang-orang kuffar ketakutan dan cemas akan banyaknya kaum muslimin. Akhirnya merekapun menakut-nakuti kaum muslimin dam membuat berbagai macam program dalam rangka membatasi kelahiran di negeri-negeri Islam yang pemimpinnya dan para pejabatnya jauh dari nur Islam. Ambil misal, di negeri kita ini –negeri Islam- di masa orde baru rezim Soeharto mencekoki kaum muslimin dengan berbagai macam program KB (Keluarga Berencana) membatasi kelahiran.
“Cukup anak dua saja!”
“Laki-laki perempuan sama saja!?”
Inilah salah satu dari sekian banyak kebodohan Soeharto yang akibatnya dia rasakan sendiri rakyat hidup miskin akibat krisis moneter yang berkepanjangan. Katanya KB itu menjanjikan hidup sejahtera dan sentosa dan lain-lain dari janji-janji muluk. Apa kata orang-orang kuffar kepada kaum muslimin, “Kalau kami mempunyai banyak anak niscaya kamu akan jatuh miskin dan bangkrut karena akan kerepotan dalam mengurusnya dan banyak keluar biaya dan lain-lain kesusahan. Lebih dari itu bumi akan sesak dan perbendaharaannya akan habis dan punah? Dimana kita akan bertempat tinggal dan apa yang akan kita makan!?”
Kita jawab
Pertama : Adapun tidak mau mempunyai anak karena miskin atau takut miskin dan yang berhubungan dengannya dari masalah-masalah pengurusan dan biaya telah kami jawab di fasal kedu.
Kedua : Adapun keyakinan tentang melonjaknya jumlah penduduk yang akan membuat bumi ini sesak dan habis perbendaharaannya adalah keyakinan yang batil dan sesat menyesatkan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman.
“Artinya : Dan bagi kamu di bumi tempat menetap dan rizki sampai waktu yang telah ditentukan (yakn hari kiamat)” [Al-Baqarah : 36]
“Artinya : Dialah Allah yang menciptakan untuk kamu segala sesuatu di bumi ini semuanya’ [Al-Baqarah : 29]
“Artinya : Allah berfirman : Di bumi kamu hidup dan di bumi kamu mati dan dari bumi itu (juga) kamu akan dibangkitkan” [Al-A’raaf : 25]
“Artinya : Bukankah Kami telah menjadikan bumi (tempat) berkumpul (yang cukup). Untuk orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati”[Al-Mursalat : 25-26]
Dari ayat-ayat di atas kita mengetahui
Pertama : Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan bumi tempat tinggal bagi manusia dan tempat yang cukup untuk mereka bagi yang hidup dan yang mati.
Kedua : Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sediakan di bumi ini untuk manusia perbendaharaan yang cukup yang tidak akan punah dan habis.
KEUTAMAAN MEMPUNYAI ANAK BANYAK
Artinya : Dari Abu Huarirah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya ada seseorang [1] yang diangkat (ditinggikan) derajadnya di jannah (surga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), “Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajad yang tinggi di surga)?”. Dikatakan kepadanya, “(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.
“Artinya : Dari Abu Hurairah : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara.
1). Shadaqah jariyah
2). Atau ilmu yang diambil manfaatnya
3). Anak shalih yang mendo’akannya”
[Riwayat Muslim dan lain-lain]
Inilah puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan mempunyai anak, yaitu anak yang shalih yang bermanfaat bagi orang tua di dunia dan di akhirat.
Dari hadits ini pun kita mengetahui bahwa tujuan mulia dari mempunyai anak –menurut syari’at Islam- ialah menjadikan anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang shalih, anak-anak yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan anak-anak yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya (birrul walidain). Bukan anak-anak yang durhaka apalagi yang kufur dan lain-lain yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting sekali dan menentukan. Perhatikanlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini.
“Artinya dari Abu Hurairah, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Setiap manusia dilahirkan ibunya atas dasar fitrah [2]. Dan kedua orang tuanyalah yang sesudah itu yang menjadikannya sebagai Yahudi dan Nashara dan Majusi. Maka apabila kedua orang tuanya muslim, maka jadilah dia anak muslim..” [Riwayat Muslim dan lain-lain]
[Disalin dari kitab Menanti Buah Hati Dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qolam Jakarta, Cetakan I – Th 1423H/2002M]
__________
Foote Note
[1]. Lafadz-lafadz ini tidak menunjukkan hanya satu orang saja. Akan tetapi setiap orang tua yang di-istighfarkan oleh anaknya. Kalau dia termasuk ahli jannah maka derajatnya di surga akan diangkat seperti hadits di atas, dan kalau dia termasuk orang yang berdosa dan calon penghuni neraka maka dosa-dosanya akan berkurang atau hapus kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki.
[2]. Menurut Imam Nawawi di Syarh Muslim bahwa pendapat yang lebih shahih fitrah itu maknanya Islam
(Sumber: www.almanhaj.or.id)
Semester Lima Goodbye
Semester dimana ¾ mata kuliahnya ada praktikumnya. Semester dimana aku ngambil MK minor yang mestinya buat semester 7. Semester dimana UAS serasa ngambang banget. Semester dimana aku sok-sok ngambil 24 SKS. Semester dimana aku jadi jarang ke warnet (hehehe...). Semester dimana aku sekelas sama anak 42. Semester dimana aku ngerasa bodoh banget. Semester dimana aku juga ketemu sama masalah diluar kuliah yang subhanallah, dahsyat sekali. Tapi semester dimana aku bisa survive nggak lain dan nggak bukan berkat pertolongan Allah...
Aku nggak tau deh gimana transkripnya. Sampe saat ini, kisaran nilai UTS-ku paling tinggi adalah 87 dan paling rendah adalah 61. Ya Allah, jangan buat aku terlalaikan dari mengingatMu dan bersyukur padaMu hanya karena kuliahku...
Cantik (Saja)
Salah seorang temenku yang awam dan menganggap ikhwan-ikhwan itu sholih, langsung menunjukkan wajah kecewa dan berkata, “Koq cantik sih?”...
Aku Insya Allah ngerti banget maksud kata-kata temenku itu. Temenku itu, walau dia bilang gitu, dia sama sekali nggak jelek. Bahkan aku yakin yang ngeliat dia sekilas pun mungkin akan langsung suka. Tapi dia nggak ingin dipilih karena kecantikannya, karena mungkin di pikirannya bukan laki-laki yang sholih yang memilih calon istri hanya karena kecantikannya. Yah, begitu juga yang ada di pikiranku.
Mungkin temenku itu kecewa juga. Di pikirannya, mungkin, ikhwan-ikhwan yang tampak sholih itu mestinya memilih bukan karena kecantikan seorang, nggak menjadikan cantik atau tidak sebagai patokan.
Kadang dalam hati aku muncul rasa khawatir dengan nasib para perempuan yang memang Allah titipi wajah yang tidak terlalu cantik. Jika ikhwan-ikhwan yang (kelihatannya) sholih memilih atas dasar cantik atau tidak, lantas para perempuan shalihah yang kurang cantik nanti akan jatuh ke tangan siapa? Laki-laki bejat-kah? Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan... Gimana pula nasib generasi Muslim selanjutnya? Mereka “dipilihkan” ibu yang cantik (saja), padahal yang mereka butuhkan adalah ibu yang shalihah... Seakan anjuran Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam untuk memilih calon istri dengan mengutamakan agamanya menjadi saran belaka.
Yah, aku nggak tau apa yang ada di pikiran orang yang menginginkan istri cantik (saja). Tapi ya harapanku mereka udah siap dengan konsekuensi yang datang di kemudian hari, terutama konsekuensi untuk mengajarkan banyak sekali hal mengenai dienul Islam ini pada sang istri cantik (saja)...
Aku Jatuh Cinta
Aku jatuh cinta pada embun pagi yang dingin. Menyegarkan mata dengan jatuhnya ia dari tepi daun. Dihiasi langit dan udara yang melegakan nafasanku. Dan mengingatkanku akan selalu ada ruang bernafas ketika masalah menghadang.
Aku jatuh cinta pada pepohonan pinus. Batangnya kurus meninggi ke atas. Berdiri anggun menaungi yang ada di bawahnya. Tiada angkuh karena itu memang sudah tugasnya.
Aku sedang tidak menulis puisi, aku hanya bercerita. Aku melihat dengan mata yang diberi Allah padaku dan aku belajar. Itulah sedikit pelajaran yang bisa aku lihat, dimana masih banyak pelajaran yang tidak aku ketahui.
Semoga nanti aku pun akan bisa melihat Allah yang menciptakan segalanya...
Tiga Hari di Tasikmalaya
Yang lebih membuat aku senang, sepupuku yang masih kecil-kecil berebutan gandengan tangan denganku waktu mau masuk toko (maklum lah, acara keluarga nggak lepas dari belanja...). Aku serasa jadi ummahat (hehehe... :D) dan aku merasa seneng banget... Jadi kangen sama mereka, hihihi...
Yang paling lucu sih bibi-bibiku (adik-adik ibuku) yang pasti aja nanyain tentang pacar. Dasar aku bingung, aku jawab aja, “Ya nggak ada lah. Tapi yang suka mah banyak...”. Trus salah satu bibiku bilang, “Néng, engké suamina enéng lancingana sakieu nya (sambil berisyarat ke betis) teras janggotan...”. Yah, Insya Allah mereka nggak akan kaget kalo nanti pilihanku bukan orang kayak model atau aktor (yang mukanya kayak banci karena nggak ada jenggotnya, hehe...).
Aku jadi inget kata salah satu temenku, “Jangan berpura-pura tidak menjalankan suatu syari’at untuk mendapat ridho seseorang”. Yah, walaupun dulu juga aku terdesak birrul walidain, tapi intinya adalah, jangan sampai kita terhalang melaksanakan suatu syari’at karena takut sama manusia. Entah itu takut diganggu, takut dikucilkan, takut diapain kek... Kemungkinan buruk mungkin ada, tapi jangan su’uzhon dulu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk dengan sebab melaksanakan syari’at.
Yah, entah kapan lagi aku akan main ke Tasik, silaturahim dengan saudaraku di sana. Kalau tahun depan, eh, tahun ini, aku sudah bersuami, aku kan mesti ikut kata suami, hehehe...
(Kanggo De Abdil, Neng Azlin, Neng Syifa, Neng Venny, sing jadi barudak anu sholeh sareng sholehah... Sing palinter oge. Punten tétéh kamari ngan sakedap di Tasik. Duka iraha ka ditu deui...)
Akankah...
Tulisan ini sebenernya ditulis tanggal 31 Desember 2008, tapi aku save dalam file Januari 2009. Aku nggak pernah ngerayain tahun baru. Tapi menyadari tahun ini, maksudnya besok, udah tahun 2009, aku nervous banget... Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember... Dan Insya Allah tahun 2010 aku akan lulus.
Aku sangat gugup menghadapi real life yang udah di depan mata. Kadang aku bertanya sama diriku, atau mungkin entah pertanyaan siapa. Siapkah aku menikah? Siapkah aku menjadi istri yang baik? Siapkah aku menjadi ibu yang baik? Siapkah aku jadi mantu yang baik? Siapkah aku menjadi warga masyarakat yang baik? Akankah aku tetap istiqomah?
Hari ini aku masih anak manja. Tapi tidak lama lagi aku akan menjadi seorang perempuan dengan status istri, mantu, lalu ibu... Aku bertanggung jawab dengan statusku pada Allah, lalu pada suamiku nanti (plus keluarganya) yang sudah memilihku... Trus nantinya aku akan menjalani hidup yang mungkin penuh kejutan. I’m so nervous...
Aku memang sudah menetapkan beberapa target dalam hidupku, dan semoga sesuai dengan taqdir Allah ^-^... Harapanku selalu sama dari hari ke hari, agar aku dijauhkan dari perasaan kecewa apapun...
Yah, tapi aku tidak boleh terlalu panjang angan-angan. Semua yang terjadi sudah ditaqdirkan oleh Allah. Tugasku adalah berusaha dan bersabar... I hope I’ll be surrounded by people who can teach me to keep a hard work and to keep patient with what happen...
