Yang lebih membuat aku senang, sepupuku yang masih kecil-kecil berebutan gandengan tangan denganku waktu mau masuk toko (maklum lah, acara keluarga nggak lepas dari belanja...). Aku serasa jadi ummahat (hehehe... :D) dan aku merasa seneng banget... Jadi kangen sama mereka, hihihi...
Yang paling lucu sih bibi-bibiku (adik-adik ibuku) yang pasti aja nanyain tentang pacar. Dasar aku bingung, aku jawab aja, “Ya nggak ada lah. Tapi yang suka mah banyak...”. Trus salah satu bibiku bilang, “Néng, engké suamina enéng lancingana sakieu nya (sambil berisyarat ke betis) teras janggotan...”. Yah, Insya Allah mereka nggak akan kaget kalo nanti pilihanku bukan orang kayak model atau aktor (yang mukanya kayak banci karena nggak ada jenggotnya, hehe...).
Aku jadi inget kata salah satu temenku, “Jangan berpura-pura tidak menjalankan suatu syari’at untuk mendapat ridho seseorang”. Yah, walaupun dulu juga aku terdesak birrul walidain, tapi intinya adalah, jangan sampai kita terhalang melaksanakan suatu syari’at karena takut sama manusia. Entah itu takut diganggu, takut dikucilkan, takut diapain kek... Kemungkinan buruk mungkin ada, tapi jangan su’uzhon dulu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk dengan sebab melaksanakan syari’at.
Yah, entah kapan lagi aku akan main ke Tasik, silaturahim dengan saudaraku di sana. Kalau tahun depan, eh, tahun ini, aku sudah bersuami, aku kan mesti ikut kata suami, hehehe...
(Kanggo De Abdil, Neng Azlin, Neng Syifa, Neng Venny, sing jadi barudak anu sholeh sareng sholehah... Sing palinter oge. Punten tétéh kamari ngan sakedap di Tasik. Duka iraha ka ditu deui...)
No comments:
Post a Comment