Tuesday, February 17, 2009

Friday, February 13, 2009

I'm Not So Quiet

Do you feel I'm so quiet now? Actually, not really. I post more on my wordpress.

I’ll Still Be Uncommitted

I’ll still be uncommitted until the choice is between Muslim and non-Muslim. How can “they” (you know who) said that uncommitted is forbid, when actually the democracy system itself is prohibit. It’s not a choice. It’s clear which one I have to choose. I’ll be uncommitted in any election, once again, until the choice is between Muslim and non-Muslim...

Am I Changing?

I start to feel I’m changing. I’m not the one I use to be. I’m more introverts. I really want to share so much, but I was just made a mistake in trusting someone. I don’t want to make the same mistake. When I want to talk, my mind said, “Will she gives you good advice or will she makes a new problem?”…

I start to think that I am a deviance. Why it such a hard to find someone who can comfort with me. Friends are everywhere, but I want to have good friends. Dear people, I’m here, step my feet on the ground… Alhamdulillah, there are still

Maybe I’m not a person who can be too close with someone else. I’m not comfort with it. There are some distances I want to keep. It’s not about what they can’t ask me to, but how much they force me to be someone else.

Sometimes I want to say, “If you feel comfort to be my friend, let’s have a good friendship and let’s learn to ikhlash with it. But if you feel uncomforted with me, just go away but don’t hurt me.”

"Adik-Kakak"-an

Pertama kali aku menemukan hal ini waktu SMA, ketika seorang temenku jadi “adiknya” seorang kakak kelasku. Nggak jadi masalah kalo keduanya sama-sama akhwat, tapi kakak kelasku itu ikhwan, dan temenku itu akhwat.

Kadang aku melihat fenomena ini sebagai pacaran terselubung. Karena pada dasarnya tidak ada hubungan itu (kakak-adik) karena nasabnya memang bukan begitu. Lain halnya dengan adik kelas, itu mah wajar dan nggak aneh. Tapi yang ini tuh jadi seakan... apa ya, aku juga nggak ngerti.

Kalopun aku harus ber-husnuzhon sama hubungan semacam itu, bukankah aku lebih layak untuk ber-husnuzhon pada Allah akan adanya larangan untuk tidak mendekati zina? Biasanya yang kakak-adikan gini suka curhat, SMS, masya Allah... Jauh dari syar’i. Adik tiri (beda bapak & beda ibu) aja nggak lantas jadi mahrom, kenapa jadi boleh berlaku layaknya mahrom sama yang nggak ada hubungan sama sekali? Sepupu aja bukan mahrom, kenapa lebih berani lagi dengan yang bukan sepupu?

Aku nggak percaya ada persahabatan atau adik-kakakan (apapun namanya) yang murni antara ikhwan dan akhwat zaman sekarang ini, apalagi sama-sama muda. Mau itu aktivis dakwah, mau itu awam, mau yang ngerti atau nggak ngerti syari’at, nggak ada persahabatan atau adik-kakakan itu. Kalo boleh bilang sesuatu, THAT’S BIG LIE!

Bermacam alasan dikemukakan, lebih nyaman lah, lebih bagus kasih nasehat lah, lebih pengertian lah, yang jelas aturan Allah tidak untuk dirasa-rasa, tapi untuk dilaksanakan. Kalo kata Allah jangan mendekati zina, kenapa harus mencari cara yang mendekati zina? Sudah sehebat itukah mereka, sampai-sampai merasa kuat dengan godaan lawan jenis? Atau ada pihak yang tidak normal sehingga tidak bergetar ketika dekat dengan lawan jenisnya? Mungkin…

Wallahu a’lam.


Semoga apa yang ana usahakan bermanfaat bagi antum wa antunna...