Alhamdulillah, hari ini ana mendapat satu pelajaran yang berharga lagi. Hari itu ana mau pulang kuliah ke rumah. Ana lagi belajar pakai cadar. Ana bingung, ana tanya, "ntar kayanya deket rumah dilepas deh cadarnya..."
Lalu sahabat ana berkata, "Kenapa mesti dilepas?" ...
Alasan ana...orangtua belum mengizinkan. Subhanallah, dari sahabat ini ana mendapat satu dorongan yang luar biasa...
"Kalo kamu nggak salah kenapa mesti takut? Ini kan pilihan hidup kamu. Lagian kamu udah tau kenapa kamu harus pake. Jelasin aja sama orangtua kenapa kamu harus pake cadar."
Subhaanallaah... Hidayah Allah datang dari arah yang tidak dikira... Subhaanallaah...
Bener! Kalo kita tau kita bener, kita menjalankan sunnah, kita nggak menzhalimi orang, KENAPA TAKUT??? Bukankah Allah akan selalu menolong hamba yang berusaha mendekatkan diri pada-Nya?!
Allahu a'lam...
Friday, February 23, 2007
Sunday, February 18, 2007
Contoh COVER
Saturday, February 17, 2007
Ikhlash Itu Sulit
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Ikhlash itu Sulit.
Pengen Berhenti Kuliah!
Udah beberapa kali ane pengen banget berhenti kuliah. Kadang ane bingung, ngapain juga kuliah. Banyak orang yang udah menggugurkan kewajiban ane untuk duduk di bangku kuliah. Tapi udah keburu ngeluarin uang yang nggak sedikit. Ortu pun udah keburu berharap.
Seorang teman coba ngasih tau ane apa aja yang bisa bikin ane betah di kuliahan. Pertama sih dibilang bahwa ilmu yang ada di kuliahan ini bukan ilmu yang nggak berhubungan sama ilmu syar’i (walau kadang hubungannya cuma sekedar dihubung-hubungin doang- um)... Tapi ane nggak mendukung pernyataan itu. Alesannya, takut terlalu sibuk dengan ilmu dunia dan lupa dengan ilmu syar’i. Karena ilmu-ilmu itu kebanyakan merepotkan kecuali ilmu syar’i. Akhirnya, teman itu bilang... Kira-kira gini...
Semoga kuliah kita ini bermanfaat buat anak kita nanti. Kita ajarin mereka tauhid yang bener dari mereka kecil. Terus mereka kita ajarin ilmu dunia biar mereka bisa lebih bermanfaat bagi ummat... Semoga anak kita nanti jadi anak yang pinter ilmu syar’i dan pinter ilmu dunianya...
Semoga ane betah kuliah...
Seorang teman coba ngasih tau ane apa aja yang bisa bikin ane betah di kuliahan. Pertama sih dibilang bahwa ilmu yang ada di kuliahan ini bukan ilmu yang nggak berhubungan sama ilmu syar’i (walau kadang hubungannya cuma sekedar dihubung-hubungin doang- um)... Tapi ane nggak mendukung pernyataan itu. Alesannya, takut terlalu sibuk dengan ilmu dunia dan lupa dengan ilmu syar’i. Karena ilmu-ilmu itu kebanyakan merepotkan kecuali ilmu syar’i. Akhirnya, teman itu bilang... Kira-kira gini...
Semoga kuliah kita ini bermanfaat buat anak kita nanti. Kita ajarin mereka tauhid yang bener dari mereka kecil. Terus mereka kita ajarin ilmu dunia biar mereka bisa lebih bermanfaat bagi ummat... Semoga anak kita nanti jadi anak yang pinter ilmu syar’i dan pinter ilmu dunianya...
Semoga ane betah kuliah...
Ngamen
Mana yang lebih jahat, orang ngamen dikasih uang atau nggak dikasih uang? Ada satu pernyataan yang radikal (rada dikit nakal). “Yang jahat ya...yang ngasih duit. Abis kemaren ada yang jualan dalem bis, dia dapet duit lebih kecil dari yang ngamen...”
Tau nggak, walaupun kayak orang ngasal banget, itu ada benernya. Coba deh pikir yang panjang, apalagi buat yang udah rada tau seluk-beluk per-ngamen-an, especially anak kecil. Ketika kita ngasih uang, tu uang bukan buat dia. Dikasih sama bosnya. Okelah tu anak ntarnya dikasih makan. Tapi kalo kita ngasih lagi, berarti perputaran uang nggak berenti. Anak-anak itu bakal betah di jalan, atau dibetah-betahin...
Kalo kita ngasih uang, si bosnya bakal mikir, ini bisnis yang bagus. Tinggal tungguin anak kecil ngamen, dapet duit. Masya Allah...
Lagian, mereka diajarin musik. Musik kan cara orang non-Islam beribadah. Masa kita mau mendukung syi’ar agama lain?
Semoga Allah memberi jalan keluar yang baik...
Tau nggak, walaupun kayak orang ngasal banget, itu ada benernya. Coba deh pikir yang panjang, apalagi buat yang udah rada tau seluk-beluk per-ngamen-an, especially anak kecil. Ketika kita ngasih uang, tu uang bukan buat dia. Dikasih sama bosnya. Okelah tu anak ntarnya dikasih makan. Tapi kalo kita ngasih lagi, berarti perputaran uang nggak berenti. Anak-anak itu bakal betah di jalan, atau dibetah-betahin...
Kalo kita ngasih uang, si bosnya bakal mikir, ini bisnis yang bagus. Tinggal tungguin anak kecil ngamen, dapet duit. Masya Allah...
Lagian, mereka diajarin musik. Musik kan cara orang non-Islam beribadah. Masa kita mau mendukung syi’ar agama lain?
Semoga Allah memberi jalan keluar yang baik...
Pelajaran dari Seorang Sahabat (Part 1)
Seorang menceritakan kepadaku tentang kesedihannya atas berbagai kegagalan yang harus ia hadapi hampir dalam waktu yang bersamaan. Namun, akhirnya ia berkata...
“Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah selama ini aku telah ikhlash dalam menuntut ‘ilmu syar’i ataupun amalan yang lain. Hari ini aku mendapat kenyataan bahwa apa yang aku khawatirkan mengganggu keikhlashanku, ternyata tidak aku peroleh. Semoga ini adalah jawaban yang terbaik bagiku bahwa setidaknya aku tidak menuntut ilmu atau beramal karena selain Allah. Namun, pagi harinya aku peroleh kabar bahwa keikhlashan itu tidak pernah berakhir. Harus selalu diperbaharui. Aku tidak tahu apa yang harus membuat aku sedih karena aku merasa Allah menghendaki kebaikan yang banyak untukku...”
Semoga ia mendapat yang terbaik...
“Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah selama ini aku telah ikhlash dalam menuntut ‘ilmu syar’i ataupun amalan yang lain. Hari ini aku mendapat kenyataan bahwa apa yang aku khawatirkan mengganggu keikhlashanku, ternyata tidak aku peroleh. Semoga ini adalah jawaban yang terbaik bagiku bahwa setidaknya aku tidak menuntut ilmu atau beramal karena selain Allah. Namun, pagi harinya aku peroleh kabar bahwa keikhlashan itu tidak pernah berakhir. Harus selalu diperbaharui. Aku tidak tahu apa yang harus membuat aku sedih karena aku merasa Allah menghendaki kebaikan yang banyak untukku...”
Semoga ia mendapat yang terbaik...
Jangan Bersedih
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kita (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Al Hadiid (57) : 22-23
Note: 'afwan tulisan 'arabnya sulit dicopy karena jadi terbalik-balik...
Al Hadiid (57) : 22-23
Note: 'afwan tulisan 'arabnya sulit dicopy karena jadi terbalik-balik...
Don't Say "If Only"
Don’t you ever say “If only I…, I would…” That’s useless… What’s gone is gone.
You’ll never get back what you’ve lost, illaa bi idznillah… Be ikhlash…
You’ll never get back what you’ve lost, illaa bi idznillah… Be ikhlash…
ADVERTISEMENT
Kalo lagi butuh DESAINER GRAFIS untuk merancang COVER buku/majalah yang mendukung tegaknya agama Islam berdasarkan pemahaman salafush shalih, atau PAMFLET kegiatan thalabul ‘ilmu syar’i dan semacamnya, call me via e-mail first. Harga tolong menolong.
Butuh dana untuk kuliah, masih butuh setidaknya 4 tahun lagi untuk selesai S1, untuk meringankan beban orangtua. Takut untuk cari beasiswa karena biasanya ada timbal baliknya.
Contoh rancangan cover (format .jpg) akan dikirim lewat e-mail. Mohon kasih alamat e-mail dan telepon lengkap ke alif_nun@hotmail.com.
Semoga bermanfaat bagi ane dan antum.
Jazaakumullaah Khair...!
Butuh dana untuk kuliah, masih butuh setidaknya 4 tahun lagi untuk selesai S1, untuk meringankan beban orangtua. Takut untuk cari beasiswa karena biasanya ada timbal baliknya.
Contoh rancangan cover (format .jpg) akan dikirim lewat e-mail. Mohon kasih alamat e-mail dan telepon lengkap ke alif_nun@hotmail.com.
Semoga bermanfaat bagi ane dan antum.
Jazaakumullaah Khair...!
Ketika Sedih Melanda
Hidup itu nggak selamanya sedih. Pasti banyak saat kita bahagia dan kita tenang, nggak ada yang ganggu kita secara fisik dan mental. Ketika sedih melanda, jangan lupain kebahagiaan yang udah lewat. Jangan pernah bilang kebahagiaan nggak pernah muncul dalam kehidupan kita.
Allah lebih tau kadar kesanggupan kita dan semua ujian pasti bisa kita lewati, asal kita nggak lupa sama Allah.
Ketika sedih melanda, berdoalah semoga diri kita diliputi kesabaran yang banyak. Semoga Allah mengganti apa yang hilang dengan yang lebih baik. Yakinlah!
Allah lebih tau kadar kesanggupan kita dan semua ujian pasti bisa kita lewati, asal kita nggak lupa sama Allah.
Ketika sedih melanda, berdoalah semoga diri kita diliputi kesabaran yang banyak. Semoga Allah mengganti apa yang hilang dengan yang lebih baik. Yakinlah!
Kesyirikan di Sekitar Kita
Di sekitar kita masih banyak orang yang memakai jimat berupa gelang, kalung, dan semacamnya dengan i’tiqad (keyakinan) bahwa gelang itu atau suatu barang memiliki kekuatan tertentu untuk mencegah marabahaya atau penyakit tertentu. Orang yang menggantungkan tamimah (gelang atau kalung tersebut) maka Allah tidak akan mengabulkan permintaannya.
Jika seseorang memakainya dengan keyakinan bahwa gelang tersebut memberi manfaat dan menolak bahaya, maka ia telah berbuat syirik besar dan ia harus segera bertaubat. Jika ia meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai wasilah (perantara) dan hakikatnya yang menyembuhkan tetaplah Allah, maka ia tetap melakukan syirik kecil, dan syirik kecil itu dosanya lebih besar dari dosa besar.
Hal yang seperti itu juga, ketika seseorang melihat burung gagak maka ia berkeyakinan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk, atau kepercayaan bahwa angka 13 membawa sesuatu yang buruk, atau kepercayaan bahwa angka 6 bukan angka yang baik, atau semacamnya, itu pun termasuk syirik.
Itulah pentingnya tauhid dida’wahkan. Karena tanpa itu, seorang yang merasa dirinya baik, tetap saja amalannya tidak dihitung, karena amalannya tidak dilandasi ikhlash dan ittiba’.
Syirik jelas bukan perkara kecil. Adalah sesuatu yang bodoh menganggapnya hal kecil. Mari kita bersama mengobati penyakit kronis ini. Mintalah hanya kepada Allah dan berharaplah hanya kepada Allah...
Jika seseorang memakainya dengan keyakinan bahwa gelang tersebut memberi manfaat dan menolak bahaya, maka ia telah berbuat syirik besar dan ia harus segera bertaubat. Jika ia meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai wasilah (perantara) dan hakikatnya yang menyembuhkan tetaplah Allah, maka ia tetap melakukan syirik kecil, dan syirik kecil itu dosanya lebih besar dari dosa besar.
Hal yang seperti itu juga, ketika seseorang melihat burung gagak maka ia berkeyakinan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk, atau kepercayaan bahwa angka 13 membawa sesuatu yang buruk, atau kepercayaan bahwa angka 6 bukan angka yang baik, atau semacamnya, itu pun termasuk syirik.
Itulah pentingnya tauhid dida’wahkan. Karena tanpa itu, seorang yang merasa dirinya baik, tetap saja amalannya tidak dihitung, karena amalannya tidak dilandasi ikhlash dan ittiba’.
Syirik jelas bukan perkara kecil. Adalah sesuatu yang bodoh menganggapnya hal kecil. Mari kita bersama mengobati penyakit kronis ini. Mintalah hanya kepada Allah dan berharaplah hanya kepada Allah...
Need Help to Sign Out
Sometimes we know something we do is not right. But there’s so much reason in our mind not to leave it. We feel that people need us and we are really means a lot to everyone that walk together with us.
That’s good thought. But, when you know the way you walk in is not right, why did you have to still walk on that way? If you know that way is wrong way, will you follow people or being followed by people? Do you really want to take the responsibility that actually you don’t need to take?!
If you still can’t go out of the absolute wrong way, that means, you need help to sign out. You have to say, “It’s enough!” and change your direction to the right way.
That’s good thought. But, when you know the way you walk in is not right, why did you have to still walk on that way? If you know that way is wrong way, will you follow people or being followed by people? Do you really want to take the responsibility that actually you don’t need to take?!
If you still can’t go out of the absolute wrong way, that means, you need help to sign out. You have to say, “It’s enough!” and change your direction to the right way.
Sunday, February 04, 2007
Why Ummu Maryam?
Hehehe... Entah kenapa ane jadi pengen pake nama ini untuk blog ini. Mungkin udah rada telat karena dulu sempet pake nama asli ane. Alesan pertama, malu aja kalo ana pake nama asli. Walaupun belum nikah, apalagi punya anak namanya Maryam, nama Ummu Maryam kayanya baguuus banget. Ane juga jatuh cinta sama surah 19 (Maryam)...
Tadinya pengen pake nama Ummu ‘Afifah. Tapi seorang teman udah punya anak namanya ‘Afifah. Ya udah, pake nama Ummu Maryam aja. Ntar kalo udah nikah trus punya anak perempuan, mau dikasih nama “Maryam”...
Tadinya pengen pake nama Ummu ‘Afifah. Tapi seorang teman udah punya anak namanya ‘Afifah. Ya udah, pake nama Ummu Maryam aja. Ntar kalo udah nikah trus punya anak perempuan, mau dikasih nama “Maryam”...
Da’wah Bukan Mencari Pengikut
Da’wah itu bukan untuk mencari pengikut, biar orang-orang menuruti apapun yang kita katakan. Bukan itu... Da’wah itu biar orang-orang bertauhid dengan benar.
Selama ini, mungkin tauhid orang-orang belum benar dan mereka telah biasa hidup dengan ‘aqidah yang seperti itu. Kasarnya, itulah kerusakan yang ada.
Bayangkan, ketika kita membangun suatu bangunan, betapa lama persiapan yang harus kita lakukan sampai bangunan itu berdiri. Untuk meruntuhkannya, hanya perlu beberapa kilogram mesiu (nggak tau juga, soalnya bukan tukang mesiu...). Apalagi sesuatu yang rusaknya sudah parah, maka perlu waktu lama untuk membetulkannya.
Dalam da’wah, banyak yang harus kita perbaiki. Tapi harus dimulai dari perbaikan tauhid dan ‘aqidah. Masalah yang mengikuti sedikit, jangankan kita yang ‘ilmunya sangaaaaat sediiiikkkkiiiit, Nabi Nuh ‘Alaihi Salam da’wah selama seribu tahun kurang lima puluh tahun tetapi yang mengikutinya hanya 80 orang. Bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya... (Baca “Cara Praktis Mendakwahi Keluarga, Muhammad bin Fahd al-Jaifan, Pustaka Ibnu Katsir)
Allah yang akan membalas usaha kita dalam berda’wah, bukan orang-orang. Jalan ini memang berat. Dan yang paling berat adalah meluruskan dan memurnikan niat kita hanya untuk menggapai ridha Allah.
Sabar itu harus. Mungkin sering sekali kita nangis, sedih melihat keluarga dan teman-teman yang masih belum belajar bareng kita. Kita sedih karena mereka belum paham dengan kesalahan mereka dan kita pun sedih karena mereka belum melaksanakan syari’at Allah. Sesungguhnya Allah yang memberi petunjuk. Kita mah berusaha terus, semangat terus. Jangan menyerah.
Kita harus saling menguatkan sesama teman dalam da’wah, setidaknya dalam da’wah di keluarga. Allahu musta’an...
(“) ,, (“)
\(*o*)/
Jangan menyerah!!!
Selama ini, mungkin tauhid orang-orang belum benar dan mereka telah biasa hidup dengan ‘aqidah yang seperti itu. Kasarnya, itulah kerusakan yang ada.
Bayangkan, ketika kita membangun suatu bangunan, betapa lama persiapan yang harus kita lakukan sampai bangunan itu berdiri. Untuk meruntuhkannya, hanya perlu beberapa kilogram mesiu (nggak tau juga, soalnya bukan tukang mesiu...). Apalagi sesuatu yang rusaknya sudah parah, maka perlu waktu lama untuk membetulkannya.
Dalam da’wah, banyak yang harus kita perbaiki. Tapi harus dimulai dari perbaikan tauhid dan ‘aqidah. Masalah yang mengikuti sedikit, jangankan kita yang ‘ilmunya sangaaaaat sediiiikkkkiiiit, Nabi Nuh ‘Alaihi Salam da’wah selama seribu tahun kurang lima puluh tahun tetapi yang mengikutinya hanya 80 orang. Bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya... (Baca “Cara Praktis Mendakwahi Keluarga, Muhammad bin Fahd al-Jaifan, Pustaka Ibnu Katsir)
Allah yang akan membalas usaha kita dalam berda’wah, bukan orang-orang. Jalan ini memang berat. Dan yang paling berat adalah meluruskan dan memurnikan niat kita hanya untuk menggapai ridha Allah.
Sabar itu harus. Mungkin sering sekali kita nangis, sedih melihat keluarga dan teman-teman yang masih belum belajar bareng kita. Kita sedih karena mereka belum paham dengan kesalahan mereka dan kita pun sedih karena mereka belum melaksanakan syari’at Allah. Sesungguhnya Allah yang memberi petunjuk. Kita mah berusaha terus, semangat terus. Jangan menyerah.
Kita harus saling menguatkan sesama teman dalam da’wah, setidaknya dalam da’wah di keluarga. Allahu musta’an...
(“) ,, (“)
\(*o*)/
Jangan menyerah!!!
Tidak berubah
Imam Malik Radhiyallaahu ‘Anhu berkata, “Barangsiapa membuat perkara baru di dalam Islam yang dia anggap sebagai kebaikan, berarti dia telah menyangka bahwa Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengkhianati risalah. Karena Allah telah berfirman, ‘Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu...’ Maka apa-apa yang bukan merupakan agama pada hari itu, pada hari ini pun bukan merupakan agama.”
Rasulullaah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam Sangat Menyayangi Ummatnya
Dari hadits Jabir Radhiyallaahu ‘Anh, ia berkata, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perumpamaanku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, lalu banyak kupu-kupu dan belalang yang berjatuhan ke dalamnya, dia menahannya (supaya tidak jatuh ke dalamnya). Aku melindungi kalian dari api neraka, tetapi kalian menjauh dari tanganku.” (HR. Muslim)
Poligami vs Playboy
Laki-laki yang punya istri 2, 3, atau 4 disebut orang yang berpoligami. Aturan poligami udah jelas di Al Qur’an di surat An Nisaa’ ayat 3. Aturan ini dibuat oleh Allah, Maha Adil dan tidak ada yanglebih adil daripada-Nya.
Play boy, punya pacar banyak. Aturan jadi playboy/pacaran nggak jelas. Landasannya cuma hak asasi manusia. Pacaran itu jalan pintas buat para pengecut yang nggak berani berkomitmen (iya kan?). Kalopun pacaran itu menuju pernikahan, kenapa nggak nikah dulu baru pacaran?
Okelah, tiap manusia punya hak. Trus, manusia juga beda sama binatang karena punya aturan. Iya kan... Trus, kalo manusia nggak mau diatur... Bikin kesimpulan sendiri aja deh...
Derajat manusia yang sudah tinggi kadang direndahkan oleh dirinya sendiri dengan tidak mau mengikuti seluruh aturan yang sudah Allah tetapkan. Hak asasi lebih ditinggikan daripada aturan Allah. Nggak ngerti kenapa kayak gini. Mungkin tiap jiwa punya alesan sendiri.
Liat aja masalah poligami. Banyak yang nggak setuju (jelas-jelas menentang) entah kenapa alasannya. Seorang yang melaksanakan apa yang tidak terlarang, kenapa harus ditentang? Kenapa yang pacaran nggak dihukum?! Kenapa yang udah menikah lalu selingkuh nggak dirajam?!!
Mungkin nggak semua siap untuk zauj-nya (pasangannya) menikah lagi. Tapi, tujuan kita di dunia ini kan untuk beribadah. Bukankah kita harus sabar (baca: taat) terhadap aturan Allah? Kalo zaujnya udah paham tentang aturan poligami dan sanggup untuk menanggung konsekuensinya, apakah harus dihalangi?
Tapi, mungkin memang banyak yang belum siap zaujnya berpoligami. Atau akhwat yang belum pernah menikah pun banyak yang nggak mau nggak jadi istri yang pertama (salah satunya ane, karena ikhwan yang belum pernah nikah juga masih banyak... Hehehe...)
Inti dari tulisan ini bukan mau membahas poligami, karena udah jelas dan ane juga belum sempet baca tafsir tentang ayat poligami. Yang jelas, kita harus berusaha sekuat mungkin berakhlaq baik terhadap Allah dengan cara tidak menentang hukum-Nya, melaksanakan hukum-Nya, dan tidak sombong dengan cara tidak mau melaksanakan perintah-Nya.
Play boy, punya pacar banyak. Aturan jadi playboy/pacaran nggak jelas. Landasannya cuma hak asasi manusia. Pacaran itu jalan pintas buat para pengecut yang nggak berani berkomitmen (iya kan?). Kalopun pacaran itu menuju pernikahan, kenapa nggak nikah dulu baru pacaran?
Okelah, tiap manusia punya hak. Trus, manusia juga beda sama binatang karena punya aturan. Iya kan... Trus, kalo manusia nggak mau diatur... Bikin kesimpulan sendiri aja deh...
Derajat manusia yang sudah tinggi kadang direndahkan oleh dirinya sendiri dengan tidak mau mengikuti seluruh aturan yang sudah Allah tetapkan. Hak asasi lebih ditinggikan daripada aturan Allah. Nggak ngerti kenapa kayak gini. Mungkin tiap jiwa punya alesan sendiri.
Liat aja masalah poligami. Banyak yang nggak setuju (jelas-jelas menentang) entah kenapa alasannya. Seorang yang melaksanakan apa yang tidak terlarang, kenapa harus ditentang? Kenapa yang pacaran nggak dihukum?! Kenapa yang udah menikah lalu selingkuh nggak dirajam?!!
Mungkin nggak semua siap untuk zauj-nya (pasangannya) menikah lagi. Tapi, tujuan kita di dunia ini kan untuk beribadah. Bukankah kita harus sabar (baca: taat) terhadap aturan Allah? Kalo zaujnya udah paham tentang aturan poligami dan sanggup untuk menanggung konsekuensinya, apakah harus dihalangi?
Tapi, mungkin memang banyak yang belum siap zaujnya berpoligami. Atau akhwat yang belum pernah menikah pun banyak yang nggak mau nggak jadi istri yang pertama (salah satunya ane, karena ikhwan yang belum pernah nikah juga masih banyak... Hehehe...)
Inti dari tulisan ini bukan mau membahas poligami, karena udah jelas dan ane juga belum sempet baca tafsir tentang ayat poligami. Yang jelas, kita harus berusaha sekuat mungkin berakhlaq baik terhadap Allah dengan cara tidak menentang hukum-Nya, melaksanakan hukum-Nya, dan tidak sombong dengan cara tidak mau melaksanakan perintah-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)

Semoga apa yang ana usahakan bermanfaat bagi antum wa antunna...