Cita-cita yang ditunda...
Yah, itulah cita-cita ana untuk menikah...
Dulu ana menginginkan seorang yang tetap mengizinkan ana untuk kuliah sampai selesai S1...
Tapi kalo dipikir lagi, kasian...
Biaya kuliah kan nggak sedikit...
Belum pengeluaran tak terduga...
Yang terduga aja belum tentu murah...
Belum lagi kalo ntar setelah nikah langsung punya anak...
Mana tega ninggalin anak di rumah sama orang lain...
Jadi...
It’s delay...
Tapi ntar syaratnya bakal dinaikin (Hehehe...)
Tuesday, July 24, 2007
Allahuma’ jurni fii mushiibati...
Doa yang ana sering minta sama Allah...
Innalillaahi Wa Inna Ilaihi Raaji’uun
Allahuma’ jurni fii mushiibati, wa akhlifli khairu min ha...
Alhamdulillah...
Allah memberi jawaban selalu tepat waktu
Bahkan terlalu indah...
Ketika ana kehilangan beberapa teman karena perbedaan pendapat (tepatnya, beda manhaj) dan mereka tidak mau menerima ana lagi...
Walau sudah mencoba dengan berbagai cara yang halus...
Allah memberi ganti kawan-kawan yang lebih baik...
Lebih jujur...
Dan terasa ringan berteman dengan mereka...
Walau pernah ribut...
Pernah berantem...
Tapi persaudaraan yang ikhlas, tidak menjadikan ana membenci mereka...
Bukankah watak seorang sulit diubah?
Ana mencoba mengerti dan minimal maklum dengan watak yang beragam...
Asal watak itu ditunjukkan dengan sejujurnya
Tidak dibuat-buat...
Allahu akbar...
Innalillaahi Wa Inna Ilaihi Raaji’uun
Allahuma’ jurni fii mushiibati, wa akhlifli khairu min ha...
Alhamdulillah...
Allah memberi jawaban selalu tepat waktu
Bahkan terlalu indah...
Ketika ana kehilangan beberapa teman karena perbedaan pendapat (tepatnya, beda manhaj) dan mereka tidak mau menerima ana lagi...
Walau sudah mencoba dengan berbagai cara yang halus...
Allah memberi ganti kawan-kawan yang lebih baik...
Lebih jujur...
Dan terasa ringan berteman dengan mereka...
Walau pernah ribut...
Pernah berantem...
Tapi persaudaraan yang ikhlas, tidak menjadikan ana membenci mereka...
Bukankah watak seorang sulit diubah?
Ana mencoba mengerti dan minimal maklum dengan watak yang beragam...
Asal watak itu ditunjukkan dengan sejujurnya
Tidak dibuat-buat...
Allahu akbar...
My Answers are Questions
Why do you choose to be different with us?
Why do I have to be the same with you?
Why do you avoid us?
Why don’t you make a friend with me?
What makes you hates politic?
Do I have to love it?
How can you sit for hours, listen to the ustadz without talking at all?
How can you lay your body on your bed and listen to the music that gives you nothing and you do nothing?
Why do you give me answers like these?
Why do you ask many things you don’t need to know?
(hehehe...)
Why do I have to be the same with you?
Why do you avoid us?
Why don’t you make a friend with me?
What makes you hates politic?
Do I have to love it?
How can you sit for hours, listen to the ustadz without talking at all?
How can you lay your body on your bed and listen to the music that gives you nothing and you do nothing?
Why do you give me answers like these?
Why do you ask many things you don’t need to know?
(hehehe...)
What’s Wrong With Kaderisasi?
Ini adalah suatu pertanyaan yang belum bisa ana jawab ketika seorang ukhti bertanya pada ana...
Tapi ini menyadarkan ana bahwa...
Terlalu banyak yang salah dengan kaderisasi...
Tepatnya kaderisasi suatu partai politik...
Ana hanya menjawab, keikhlasan adalah masalah utamanya...
Bisakah kita ikhlas ketika tujuan kita adalah membangun pemerintahan yang Islami (Islamnya siapa tuh?!)?
Apakah kita harus lupa dan tidak bersabar dengan pemimpin kita yang sama-sama Muslim?
Mengapa kita tidak menasehati mereka baik-baik?
Mereka kan bukan kafir!
Mereka masih sholat koq!
Lagian...
Politik siapa yang dipake?
Politik barat kan?
Gimana sih, sistem yang mau diterapkan itu sistem Islam, tapi koq pakenya cara demokrasi?
Emang demokrasi datang dari Islam?
Ketika semua ditentukan oleh banyak suara...
Ana nggak mau nyolot, cuma emang agak bebas banget setelah tau bener-bener dari seorang teman yang tanya langsung dari seorang kakak kelas...
Ternyata...
Selama ini...
Ana dijadikan komoditas politik...
Without asked any permission from me...
Like a trap...
It’s almost 1500 years after Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam passed away…
And what we know now about Islam, it might be less than 1/10 of what we should know…
Someone told me, 1500 years ago, you’ll be insecure...
But now, only doing 1/10, we’ll safe...
And we’ll never know how much the 1/10 if we never learn more about Islam,
And being busy with politics…
Allahu A’lam Bish Shawwab…
Tapi ini menyadarkan ana bahwa...
Terlalu banyak yang salah dengan kaderisasi...
Tepatnya kaderisasi suatu partai politik...
Ana hanya menjawab, keikhlasan adalah masalah utamanya...
Bisakah kita ikhlas ketika tujuan kita adalah membangun pemerintahan yang Islami (Islamnya siapa tuh?!)?
Apakah kita harus lupa dan tidak bersabar dengan pemimpin kita yang sama-sama Muslim?
Mengapa kita tidak menasehati mereka baik-baik?
Mereka kan bukan kafir!
Mereka masih sholat koq!
Lagian...
Politik siapa yang dipake?
Politik barat kan?
Gimana sih, sistem yang mau diterapkan itu sistem Islam, tapi koq pakenya cara demokrasi?
Emang demokrasi datang dari Islam?
Ketika semua ditentukan oleh banyak suara...
Ana nggak mau nyolot, cuma emang agak bebas banget setelah tau bener-bener dari seorang teman yang tanya langsung dari seorang kakak kelas...
Ternyata...
Selama ini...
Ana dijadikan komoditas politik...
Without asked any permission from me...
Like a trap...
It’s almost 1500 years after Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam passed away…
And what we know now about Islam, it might be less than 1/10 of what we should know…
Someone told me, 1500 years ago, you’ll be insecure...
But now, only doing 1/10, we’ll safe...
And we’ll never know how much the 1/10 if we never learn more about Islam,
And being busy with politics…
Allahu A’lam Bish Shawwab…
Curhat Khusus Akhwat
Suatu hari ana ditanya sama seorang akhwat tentang ta’aruf ana yang gagal. Ternyata, akhwat ini mau curhat. Dia lagi agak gimanaaa gitu sama ikhwan secara umum tapi nggak seluruhnya.
Dia kayak yang sebel sama ikhwan yang membatalkan ta’aruf gara-gara akhwatnya punya kekurangan secara fisik. Dia heran, apakah sebegitu besar peranan nazhor sampai bisa menghapuskan kelebihan yang banyak pada seorang akhwat hanya karena fisik yang mungkin kurang menarik (menurut calon pelamar).
Ana agak tersindir... Jujur aja, ana emang pengen calon ana nanti lebih tinggi dari ana. Tapi kalo orangnya sholih, dan memenuhi syarat yang lebih penting, I won’t care about the height or other physical type. Toh, seorang anak butuh bapak yang sholih dan bertanggung jawab daripada bapak yang ganteng dan fisiknya bagus tapi menye-menye... (Menyebalkan, menyesatkan, menyakiti hati mulu...)
Tapi yah, pikiran orang kan beda-beda. Itulah kenapa ada 4 pilihan buat ikhwan, cantiknya, keturunannya, hartanya, atau agamanya... Pilih yang mana, tanggung resikonya...
Ada kata-kata bagus, kecantikan tidak akan menghalangi takdir... ^u^
Semoga para akhwat yang merasa dirinya nggak cantik dan pernah gagal ta’aruf, nggak putus asa. Insya Allah, masih ada ikhwan yang tidak terlalu mementingkan fisik. Rawatlah kecatikan kita dari dalam, dengan menjaga aqidah kita. Insya Allah, Allah akan memberi yang terbaik.
Dia kayak yang sebel sama ikhwan yang membatalkan ta’aruf gara-gara akhwatnya punya kekurangan secara fisik. Dia heran, apakah sebegitu besar peranan nazhor sampai bisa menghapuskan kelebihan yang banyak pada seorang akhwat hanya karena fisik yang mungkin kurang menarik (menurut calon pelamar).
Ana agak tersindir... Jujur aja, ana emang pengen calon ana nanti lebih tinggi dari ana. Tapi kalo orangnya sholih, dan memenuhi syarat yang lebih penting, I won’t care about the height or other physical type. Toh, seorang anak butuh bapak yang sholih dan bertanggung jawab daripada bapak yang ganteng dan fisiknya bagus tapi menye-menye... (Menyebalkan, menyesatkan, menyakiti hati mulu...)
Tapi yah, pikiran orang kan beda-beda. Itulah kenapa ada 4 pilihan buat ikhwan, cantiknya, keturunannya, hartanya, atau agamanya... Pilih yang mana, tanggung resikonya...
Ada kata-kata bagus, kecantikan tidak akan menghalangi takdir... ^u^
Semoga para akhwat yang merasa dirinya nggak cantik dan pernah gagal ta’aruf, nggak putus asa. Insya Allah, masih ada ikhwan yang tidak terlalu mementingkan fisik. Rawatlah kecatikan kita dari dalam, dengan menjaga aqidah kita. Insya Allah, Allah akan memberi yang terbaik.
Lagu-lagu Nggak (Ada yang) Bener
Jujur aja...
Di rumah masih ada TV...
Masih terdengar musik...
Maklum...
Bukan rumah sendiri...
Banyak lagu, katanya sih lagu cinta. Liriknya, masya Allah, banyak sekali yang mengandung kemusyrikan. Misalnya,
“Kaulah segalanya untukku...”
“Pujaanku, surga jiwaku, izinkanku mencintaimu...”
“Akan kulakukan semua untukmu, akan kuberikan seluruh cintaku...”
Udah ah, ntar ana yang rusak gara-gara inget lirik-lirik ini... Betapa cinta yang salah kaprah bisa bikin orang jaaaauuuuh dari Allah. Bahkan dengan naifnya mereka berkata “Ini kan hanya lirik lagu. Nggak harus mikir kejauhan...”
Masya Allah...
Di film, banyak sekali orang yang mau mati berharap didampingi sang kekasih (maksudnya pacar atau tunangan). Padahal, bisa apa mereka...
Udah ah, udah agak emosi...
Di rumah masih ada TV...
Masih terdengar musik...
Maklum...
Bukan rumah sendiri...
Banyak lagu, katanya sih lagu cinta. Liriknya, masya Allah, banyak sekali yang mengandung kemusyrikan. Misalnya,
“Kaulah segalanya untukku...”
“Pujaanku, surga jiwaku, izinkanku mencintaimu...”
“Akan kulakukan semua untukmu, akan kuberikan seluruh cintaku...”
Udah ah, ntar ana yang rusak gara-gara inget lirik-lirik ini... Betapa cinta yang salah kaprah bisa bikin orang jaaaauuuuh dari Allah. Bahkan dengan naifnya mereka berkata “Ini kan hanya lirik lagu. Nggak harus mikir kejauhan...”
Masya Allah...
Di film, banyak sekali orang yang mau mati berharap didampingi sang kekasih (maksudnya pacar atau tunangan). Padahal, bisa apa mereka...
Udah ah, udah agak emosi...
Mengakui Dosa
Kadang seorang lebih suka membela dirinya ketika dia melakukan kesalahan yang jelas-jelas salah. Kadang seorang bertanya kepada ustadz atau alim ulama untuk memperoleh pengesahan atau permakluman atas kesalahan yang dia perbuat.
Padahal, lebih baik seorang mengakui kesalahan yang diperbuatnya, baik sengaja ataupun tidak. Tentu bukan mengakuinya di hadapan orang-orang karena ini bukan hal yang baik dan membuat orang bersemangat melakukan hal yang sama. Dia harus mengakui bahwa dirinya melakukan suatu kesalahan dan berbuat sesuatu untuk memperbaiki diri dan melakukan sesuatu yang baik dan benar. Jangan malah bangga dengan kesalahan diri... Okeh?
Padahal, lebih baik seorang mengakui kesalahan yang diperbuatnya, baik sengaja ataupun tidak. Tentu bukan mengakuinya di hadapan orang-orang karena ini bukan hal yang baik dan membuat orang bersemangat melakukan hal yang sama. Dia harus mengakui bahwa dirinya melakukan suatu kesalahan dan berbuat sesuatu untuk memperbaiki diri dan melakukan sesuatu yang baik dan benar. Jangan malah bangga dengan kesalahan diri... Okeh?
Jomblo
Muncul satu pertanyaan...
Ternyata lebih banyak mereka yang siap menumpuk dosa daripada menumpuk pahala...
Lebih banyak yang siap pacaran daripada siap nikah...
Padahal...
Jadi jomblo itu not bad, bahkan kalo emang belum nikah ya...it is what we should be.
Status jomblo harusnya melekat sampai nanti menikah...
No pacaran...
No engagement selain nikah...
Walaupun di dunia ada 3 jenis jomblo.
Jomblo ikhlas
Jomblo terpaksa
Jomblo tertunda
Yang ikhlas, dia emang ikhlas menjalani kejombloannya karena mengharap ridho Allah dan tau banget pacaran itu dosa. Dia berusaha untuk nggak menarik atau tertarik lawan jenis sebelum dirinya siap untuk menikah walaupun kadang tergelincir suka (bukan jatuh cinta). Dia pun selalu menjaga pandangan, sehingga nantinya sang pasangan menjadi sosok yang sempurna...
Yang terpaksa, entah tau apa nggak pacaran itu dosa, yang jelas dia jadi jomblo karena belum nemu aja yang pas. Kalo udah menemukan tambatan hati, bakal pacaran juga. Kalopun nggak pacaran, HTS (HTS = hubungan tanpa status), TTM (teman tapi MasyaAllah...), intinya mah tidak berani berkomitmen (menikah).
Yang tertunda, dia jomblo karena targetnya bukan pacaran. Misalnya masih punya target selesai S1. Setelah lulus dan kerja, ada niatan untuk pacaran. Entah kepikiran nikah atau nggak... Walau selama targetnya belum tercapai dia nggak pacaran, tetep aja nggak menahan pandangan, seperti pemburu yang hunting pasangan yang sesuai dengan kemauan...
Yang mana kita wahai jomblo-jomblo?
Semoga kita termasuk yang ikhlas bersendirian (jomblo) dan nanti kita dapet yang terbaik... Amiin...
Ternyata lebih banyak mereka yang siap menumpuk dosa daripada menumpuk pahala...
Lebih banyak yang siap pacaran daripada siap nikah...
Padahal...
Jadi jomblo itu not bad, bahkan kalo emang belum nikah ya...it is what we should be.
Status jomblo harusnya melekat sampai nanti menikah...
No pacaran...
No engagement selain nikah...
Walaupun di dunia ada 3 jenis jomblo.
Jomblo ikhlas
Jomblo terpaksa
Jomblo tertunda
Yang ikhlas, dia emang ikhlas menjalani kejombloannya karena mengharap ridho Allah dan tau banget pacaran itu dosa. Dia berusaha untuk nggak menarik atau tertarik lawan jenis sebelum dirinya siap untuk menikah walaupun kadang tergelincir suka (bukan jatuh cinta). Dia pun selalu menjaga pandangan, sehingga nantinya sang pasangan menjadi sosok yang sempurna...
Yang terpaksa, entah tau apa nggak pacaran itu dosa, yang jelas dia jadi jomblo karena belum nemu aja yang pas. Kalo udah menemukan tambatan hati, bakal pacaran juga. Kalopun nggak pacaran, HTS (HTS = hubungan tanpa status), TTM (teman tapi MasyaAllah...), intinya mah tidak berani berkomitmen (menikah).
Yang tertunda, dia jomblo karena targetnya bukan pacaran. Misalnya masih punya target selesai S1. Setelah lulus dan kerja, ada niatan untuk pacaran. Entah kepikiran nikah atau nggak... Walau selama targetnya belum tercapai dia nggak pacaran, tetep aja nggak menahan pandangan, seperti pemburu yang hunting pasangan yang sesuai dengan kemauan...
Yang mana kita wahai jomblo-jomblo?
Semoga kita termasuk yang ikhlas bersendirian (jomblo) dan nanti kita dapet yang terbaik... Amiin...
Banyak
Banyak yang pengen ana bilang sama orang-orang yang mau tauuu aja urusan orang...
Yang pengen tau rahasia orang...
Yang jelas-jelas nggak ada hubungannya dengan dirinya...
Di Indonesia ini, terlalu banyak sesuatu yang menjadi suatu budaya yang di belahan dunia lain, menjadi suatu yang kurang ajar.
Ana masih inget cerita tentang seorang Syaikh dari Arab marah gara-gara panitia kajian nanya “Bagaimana kabar istri Anda?”
Atau orang Indonesia yang biasa kalo nanya, “Anda mau kemana?” Padahal mau kemana itu orang, nggak ada hubungannya sama yang nanya...
Atau yang paling sering dialami anak-anak, kebanyakan sang ortu nggak bisa tahan untuk nggak ngomongin kejelekan anaknya sama orang lain...
Ortu kadang nggak bisa jaga rahasia anaknya...
Walau cuma sekedar nilai kecil, nggak mau kerja (padahal waktu kecil, tiap mau bantu ortu disuruh diem ^n^)... masya Allah...
Kapan ya... Kita bisa sibuk dengan urusan diri sendiri terlebih dahulu?
Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik yang tidak repot mengorek-ngorek rahasia orang lain, mungkin aib atau amal baik yang ingin dia sembunyikan.
Mari kita sibuk memperhatikan amalan kita...
Yang pengen tau rahasia orang...
Yang jelas-jelas nggak ada hubungannya dengan dirinya...
Di Indonesia ini, terlalu banyak sesuatu yang menjadi suatu budaya yang di belahan dunia lain, menjadi suatu yang kurang ajar.
Ana masih inget cerita tentang seorang Syaikh dari Arab marah gara-gara panitia kajian nanya “Bagaimana kabar istri Anda?”
Atau orang Indonesia yang biasa kalo nanya, “Anda mau kemana?” Padahal mau kemana itu orang, nggak ada hubungannya sama yang nanya...
Atau yang paling sering dialami anak-anak, kebanyakan sang ortu nggak bisa tahan untuk nggak ngomongin kejelekan anaknya sama orang lain...
Ortu kadang nggak bisa jaga rahasia anaknya...
Walau cuma sekedar nilai kecil, nggak mau kerja (padahal waktu kecil, tiap mau bantu ortu disuruh diem ^n^)... masya Allah...
Kapan ya... Kita bisa sibuk dengan urusan diri sendiri terlebih dahulu?
Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik yang tidak repot mengorek-ngorek rahasia orang lain, mungkin aib atau amal baik yang ingin dia sembunyikan.
Mari kita sibuk memperhatikan amalan kita...
Lagi Suka
Ana lagi suka sama strawberry...
Baru sadar...
Dari dulu udah suka, tapi paling nggak suka es krim vanila yang pake strawberry jam (selai stoberi). Kalo es krim strawberry suka...
Nggak penting banget...
Waktu itu lagi suka mawar (rose) karena bentuknya berlapis-lapis. Not about the colour... Wanginya juga nggak tau, nggak punya pohonnya. Bentuknya lucu...
Pernah lihat TV. Kalo suami kasih hadiah sama istrinya, suka ngasih mawar. Padahal, kenapa nggak kasih bibit mawar aja? Ntar biar dirawat istrinya, biar tumbuh jadi banyak trus jadi punya pohon mawar... Cerdas kan?
Kembali ke strawberry, jadi pengen punya kebun strawberry. Kabita ku urang Bandung euy... Buanyak buanget kebun strawberry di Bandung.
Baru sadar...
Dari dulu udah suka, tapi paling nggak suka es krim vanila yang pake strawberry jam (selai stoberi). Kalo es krim strawberry suka...
Nggak penting banget...
Waktu itu lagi suka mawar (rose) karena bentuknya berlapis-lapis. Not about the colour... Wanginya juga nggak tau, nggak punya pohonnya. Bentuknya lucu...
Pernah lihat TV. Kalo suami kasih hadiah sama istrinya, suka ngasih mawar. Padahal, kenapa nggak kasih bibit mawar aja? Ntar biar dirawat istrinya, biar tumbuh jadi banyak trus jadi punya pohon mawar... Cerdas kan?
Kembali ke strawberry, jadi pengen punya kebun strawberry. Kabita ku urang Bandung euy... Buanyak buanget kebun strawberry di Bandung.
Konsekuen
Konsekuen erat kaitannya dengan sikap seseorang terhadap keputusan yang ia ambil. Dalam pengambilan keputusan, ada beberapa hal yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah berat dan ringannya konsekuensi.
Bagi seorang Muslim, jelas konsekuensi terbesar baginya adalah menjadi seorang Muslim seutuhnya (kaffah), bukan setengah-setengah.
Saat seorang Muslim, seorang manusia biasa, mengambil keputusan yang salah (menyalahi syari’at), maka konsekuensi yang harus ia pikirkan adalah konsekuensi sebagai seorang Muslim dan dia harus bisa meninggalkan sesuatu yang salah. Jika seorang memang salah, maka konsekuensi yang harus ia ambil adalah kembali kepada kebenaran...
Konsekuensi bukan membiarkan diri terus menerus dalam kesalahan... Semoga Allah selalu menolong kita untuk selalu konsisten dan konsekuen (istilahnya, istiqomah).
Bagi seorang Muslim, jelas konsekuensi terbesar baginya adalah menjadi seorang Muslim seutuhnya (kaffah), bukan setengah-setengah.
Saat seorang Muslim, seorang manusia biasa, mengambil keputusan yang salah (menyalahi syari’at), maka konsekuensi yang harus ia pikirkan adalah konsekuensi sebagai seorang Muslim dan dia harus bisa meninggalkan sesuatu yang salah. Jika seorang memang salah, maka konsekuensi yang harus ia ambil adalah kembali kepada kebenaran...
Konsekuensi bukan membiarkan diri terus menerus dalam kesalahan... Semoga Allah selalu menolong kita untuk selalu konsisten dan konsekuen (istilahnya, istiqomah).
Tuesday, July 03, 2007
Don’t Give Any Bad Name
I have ever seen a TV program that talk about they who can’t show their affection, they can’t show their love to people around them because in the childhood they have emotionally abused. Their parents never show their loves to their kids and only able to show their anger.
Then the children wondered, is there any love in this world? They just look for the answer until they are mature in age. And they’re become uncontrolled. Some of them becomes so active in show their love without knowing the right way. Other becomes so unsympathetic.
That’s why we can’t give any comments about someone. We may think that someone is so cold, harsh, cruel, or any bad names. But try to understand them. If it’s too hard to you, try to not giving them any bad name…
Sometimes people can’t choose what they are going to be…
Then the children wondered, is there any love in this world? They just look for the answer until they are mature in age. And they’re become uncontrolled. Some of them becomes so active in show their love without knowing the right way. Other becomes so unsympathetic.
That’s why we can’t give any comments about someone. We may think that someone is so cold, harsh, cruel, or any bad names. But try to understand them. If it’s too hard to you, try to not giving them any bad name…
Sometimes people can’t choose what they are going to be…
I’m So Happy
I’m glad to know that many people love me even they are not express their affections. I learn something that love is unshaped.
That’s why if we love someone (I’m not talking about relationship between men and women in other way), we better show it. Love is unshaped; we have to try to wrap it with beautiful colorful papers.
That’s why if we love someone (I’m not talking about relationship between men and women in other way), we better show it. Love is unshaped; we have to try to wrap it with beautiful colorful papers.
Monday, July 02, 2007
Fresh 1
Subscribe to:
Posts (Atom)

Semoga apa yang ana usahakan bermanfaat bagi antum wa antunna...